Sabtu, 14 Februari 2015

pelatihan dan pengembangan SDM



 PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Oleh :
ZAINAL MUSTOPA
Nim : 1323402047
(Disampaikan dalam Seminar Kelas Matakuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana Pendidikan Islam, Program Magister Pendidkan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto )
A.  Tujuan dan Evaluasi Pelatihan
Barry (1996) menyarankan beberapa hal penting dalam melakukan evaluasi pelatohan dan pengembangan, yaitu sebagai berikut :
1.    Reaksi peserta pelatihan dan pengembangan. Sangat penting untuk memperhatikan reaksi peserta  baik terhadap pelatihan, maupun hal-hal lainnya, reaksi peserta yang negatif tentunya dapat berdampak kurang efektifnya hasil-hasil kegiata pelatihan.
2.     Tingkat belajar. Sangat penting untuk melihat dan mengevaluasi bagaimana tingkat perubahan pada karyawan setelah di lakukannya pelatihan. Ada dan tidaknya perubahan positif pada tingkat pengetahuan, keahlian, dan sikap merupakan hal yang menentukan berhasil atau tidaknya pelatihan dan pengembangan
3.    Tingkat perilaku kerja. Setelah di lakukannya kegiatan pelatihan dan pengembangan, maka sangatlah penting untuk memperhatikan ada dan tidaknya perubahan perilaku kerja karyawan, apabila perilaku karyawan tidak berubah secara positif, maka kegiatan pelatihan dan pengembangan perlu di perbaiki secara serius
4.    Tingkat organisasi, dalam konteks ini adalah ada dan tidaknya efek pelatihan terhadap peningkatan organisasi, pelatihan yang efektif tentunya akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi
5.    Nilai akhir. Nilai akhir ini akan di ketahui adanya peningkatan atau penurunan dari di adakannya pelatihan dengan cara membandingkannya dengan nilai awal. Nilai akhir dapat di jadikan indikator apakah bermanfaat atu tudak bagi organisasi maupun individu setelah di adakannya pelatihan tersebut, nilai akhir yang meningkat dapat di jadikan indikator terjadinya peningkatan skill atau pegetahuan karyawan sebagai dampak positif di adakannya pelatihan bagi karyawan.

B.  Tanggung Jawab Pelatihan
Pelatihan dalam perusahaan biasanya melibatkan divisi-divisi sumberdaya manusia dalam perusahaan beserta para manajer lini. Masing-masing memiiki tanggung jawab yang berbeda, divisi SDM bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelatihan off the job training (pelatihan di luar tempat kerja) sedangkan manajer lini bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelatihan yang bersifat on the job training (pelatihan di dalam tempat kerja)
Tenggung jawab divisi sumberdaya manusia dalam kegiatan pelatihan antara lain, sebagai berikut.
1.    Memastikan telah tersedianya materi pelatihan yang di butuhkan.
2.    Melakukan koordinasi yang solid dan terencana yang baik demi suksesnya pelaksanaan pelatihan.
3.    Mengorganisasi, menyelenggarakan, mengatur, dan menyusun agenda dan penjadwalan untuk merealisasikan kegiatan Off The Job Training (pelatihan di luar tempat pekerjaan)
4.    Melakukan koordinasi yang di perlukan dalam usaha pengembangan karyawan dan perencanaan karir
5.    Menyediakan skill dan input yang mendukung upaya-upaya pengembangan organisasi
Tanggung jawab manajer lini dalam kegiatan pelatihan antara lain, sebagai berikut :
1.      Menyediakan data dan informasi yang bersifat teknis yang di butuhkan dalam kegiatan pelatihan
2.      Melakukn Need Assesment atau indentifikasi terhadap berbagai hal yang di butuhkan untuk pelatihan
3.      Mengatur, mengorganisasikan, menjadwalkan, dan menyelanggarakan on the job Training (pelatihan di tempat pekerjaan)
4.      Mengkaji, menganalisis dan mengupayakan pemecahan permasalahan SDM, pengembangan karyawan, dan prospek masa depannya melalui kegiatan diskusi yang di laksanakan konsisten dan berkelanjutan
5.      Ikut serta aktif dalam usaha perubahan organisasi yang terkait dengan permasalah SDM   
C.  Unsur-unsur Pelatihan dan Pengembanga
Kegiatan pelatihan dan pengembangan akan sukses di langsungkan apabila setiap unsur dalam pelatihan dapat memberikan kontribusi yang optimal. Unsur-unsur dalam pelatihan dan pengembangan SDM adalah tujuan, sasaran, pelatih, materi, metode, dan peserta pelatihan, berikut di jelaskan masing masing unsur pelatihan tersebut :
1.      Tujuan.pelatihan dan pengembangan memerlukan tujuan yang telah di tetapkan, khusunya terkait penyusunan rencana aksi (action plan) dan penetapan sasaran, serta hasil yang di harapkan dari pelatihan yang akan di selenggarakan. Beberapa tujuan pelatihan sumber daya manusia antara lain adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan pelatihan kualitas kerja
b.      Meningkatkan produktivitas kerja
c.       Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi
d.      Meningkatkan sikap moral, etika, dan semangat kerja
e.       Meningkatkan kinerja
f.       Merangsang pegawai agar mencapai prestasi yang maksimal dalam pekerjaannya
g.      Meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
h.      Meningkatkan personal growth atau perkembangan pribadi bagi pegawai
i.        Mengikuti perkembangan skill, pemikiran, dan paradigma termutakhir baik dalam pekerjaan maupun manejemen sumber daya manusia
2.      Sasaran, sasaran pelatihan dan pengembangan harus di tetapkan dengan kriteria yang terinci dan terukur (measureable)
3.      Pelatihan atau trainers. Mengingat pelatihan umumnya berorientasi pada peningkatan skill, maka para trainer yang di pilih untuk memberikan meteri pelatihan harus benar-benar memiliki kualifikasi yang memadai sesuai bidangnya, profesional, dan berkompeten. Pengalaman dan kedalaman penguasaan materi oleh trainer di harapkan dapat mendukung di perolehnya hasil transfer materi yang berbobot yang dapat diberikan oleh trainer kepada peserta pelatihan, di samping kompetensi pada materi, kemampuan dan penguasaan terhadap berbagai metode pelatihan juga dapat mendukung hasil pelatihan yang optimal.
4.      Materi. Pelatihan dan pengembangan SDM memerlukan materi atau kurikulum yang sesuai dengan tujuan pelatihan dan pengembangan SDM yang hendak di capai oleh perusahaan
5.      Metode. Metode pelatihan akan lebih menjamin berlangsungnya kegiatan pelatihan dan pengembangan SDM yang efektif apabila sesuai dengan jenis materi dan kemampuan peserta pelatihan.
6.      Peserta pelatihan. Tentunya harus diseleksi berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu dan kualifikasi yang sesuai. Peserta pelatihan yang tidak sesuia dengan kriteria yang di syaratkan oleh kegiatan pelatihan dapat menyebabkan terjadinya penggunaan alokasi waktu, dana, dan energi yang berlebihan bahkan sia-sia dalam kegiatan pelatihan dan pengembangan SDM
D.  Macam Penilaian Efektivitas Pelatihan
Pelatihan yang efektif meyebabkan peningkatan kualitas pekerjaan, produktifitas, loyalitas, dan kinerja karyawan. Untuk menilai efektivitas suatu pelatihan dapat di lakukan secara umum dangan cara menggunakan pembandingan dan tanpa pembanding.
Penilaian  efektivitas pelatihan yang sering di lakukan dewasa ini adalah penilaian efektivitas tanpa pembanding. Hal ini karena desain penilaiannya cukup sederhana dan lebih mudah untuk mengabaikan variabel kontrol atau pengganggu, misalnya aktivitas organisasi, kompensasi, kematangan kepribadian, kondisi psikis, dan lain sebagainya.
Post test
Pre-test
Penilaian efektivitas pelatihan dengan tanpa pembanding artinya bahwa peserta pelatihan hanya dinilai berdasarkan nilai awal (pre tes) dan nilai akhir (post tes) saja. Apabila penilaian tanpa pembanding ini digambarkan, skemanya sebagai berikut :
                                       Pelatihah
                                        Gambar 5.1
       Bagan Penilaian Efektivitas Pelatihan Tanpa Pembanding
Berdasarkan bagan di atas, maka apabila penilaian pre test lebih tinggi dari pada nilai post test, maka dapat di nilai bahwa efektivitas hasil pelatihan cukup tinggi karena terjadi peningkatan nilai test
Selain tanpa pembanding, penilaian efektivitas pelatihan dapat dilakukan dengan menggunakan pembanding. Pada penilaian dengan pembanding, maka dapat di bandingkan selisih nilai Post test dan Pre test antara kelompok yang mendapatkan suatu jenis pelatihan dengan kelompok pembanding. Kelompok pembanding dapat menggunakan  non peserta pelatihan atau kelompok peserta dengan metode pelatiha yang berbeda.
Berikut ini bagan penilaian efektivitas pelatihan dengan tanpa menggunakan pembanding :
Post test
Kelompok I
Pre test
Kelompok I
                                       Pelatihan
                                      Kelompok I

Pre test
Kelompok
pembanding
Pre test
Kelompok
pembanding
                                    Pelatihan
                                     Kelompok
                                     Pembanding
                       
                                    Gambar 5.2
Bagan Efektivitas Pelatihan dengan Pembanding













Studi kasusu
            MI Bangbayang merupakan sekolah sekolah agama yang sedang mengalami perkembangan baik dalam segi insprastuktu maupun dalam hal pengembangan tenaga pendidik dan peserta didiknya, hal itu demi meningkatka kualitas pendidk maupun peserta didiknya, sehingga demi menunjang peningkatan tersebut MI Bangbayang banyak ,mengikuti berbagai pelatihan antara lain :
a.       Pelatihan SPJ BOS
b.      Pelatihan kurikulum 2013 di hotel karlita Tegal
c.       Pelatihan Olah Raga
d.      Tutor Wajar Dikdas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar