Sabtu, 14 Februari 2015

dasar dan karakteristik kepemimpinan pendidikan islam



DASAR DAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM
Oleh. Zainal Mustopa
A.  PENDAHULUAN
1.   Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan dalam Islam merupakan hal yang sangat penting sehingga dalam penerapannya seorang pemimpin memiliki aturan-aturan yang sangat komplek dalam menjalankan  suatu system kepemimpinan dalam berbagai hal, baik dalam perorangan, Masyarakat, Bangsa maupun Negara. Veithzal Rivai merumuskan kepemimpinan sebagai suatu proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju suatu tujuan yang telah di sepakati berasama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan tidak terpaksa. Dengan kemampuan seorang pemimpin yang baik dapat menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan usaha untuk memenuhi kepentingan mereka.[1]
Impian dan harapan besar umat terhadap pemimpin, mengantarkan betapa penting dan berartinya peran seorang pemimpin dalam mendesain sebuah masyarakat, bangsa dan negara. Sejarah membuktikan, kejayaan dan keemasan sebuah bangsa  sangat ditentukan oleh kualitas dan kapasitas para pemimpinnya, sehingga seorang pemeimpin haruslah memiliki dasar dan karakteristik dalam menjalankan kepemimpinannya.
Makalah ini akan membahas, bagaimanadasar dan karakteristik kepemimpinan (pendidikan) islam.  Hal ini sangat menarik, terutama apabila melihat bahwa Islam merupakan agama yang sejak awal sejarahnya tidak pernah lepas dari aturan yang mengatur hal-hal yang paling mandasar dalam sebuah tatanan kepemimpinan dalam islam.  Dunia pendidikan Islam juga demikian, misalnya dalam kepemimpinan pendidikan islam.  Pengaruh seorang pemimpin sangatlah menentuakan keberhasilan  lembaga pendidikan Islam tersebut.   
2.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Apa Dasar dan karakteristik kepemimpinan islam ?
b.      Apa Dasar dan karakteristik kepemimpinan pendidikan islam ?
B.  PEMBAHASAN
1.    Krangka Teori
Leadership is the proces of giving purpose (meaning full direction) to colektive effort, and causing willing effort to be expended to achieve purpose.[2]
“kepemimpinan adalah proses memberikan tujuan (arahan yang berarti) ke usaha kolektif, yang menyebabkan adanya usaha yang di keluarkan untuk mencapai tujuan”
Gibson dan kawan-kawan sebagai mana di kutip hadari nawawi,[3] kepemimpinan adalah upaya menggunakan berbagai jenis pengaruh yangbukan paksaan untuk memotivasi anggota organisasi untuk mencapai tujuan terentu.[4]
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan di antara bawahan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam kata lain, tugas pemimpin adalah menjaga keutuhan kerjasama karyawan yang bekerja di dalam organisasi.[5]
Kepemimpinan adalah usaha untuk mengerakkan manusia untuk mencapai tujuan tertentu baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi sesuai dengan nilai dan syari’at islam.[6]
Kepemimpinan adalah suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi kelompok orang untuk tujuan bersama.[7]
Menurut dubin dalam tim direktorat jendral pembinaan kelembagaan agama islammengatakan, kepemimpinan terkait dengan penggunaan wewenang dan pembuatan keputusan,[8]
Pondy dalam M. Sulthon masyhud dan moh. Khusnurridlo mengatakan, kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menjadikan suatu aktivitas bermakna, tidak untuk merubahperilaku namun memberi pemahaman kepada pihak lain tentang apa yang mereka lakukan.[9] Dalam keterangan lain, morris sebagaimana dalam M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurridlo berpendapat, kepemimpinan dapat di artikan sebagai menggerakkan kelompok untuk mencapai tujuan.[10]
Bass dan stogdill menyimpulkan bahwa terdapat hampir sama banyaknya dengan definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah mencoba mendefinisikannya. Lebih lanjut bass dan stogdill menyetakan bahwa kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi, tergantung dari titik mana pemikirannya.[11]
Leadership as the process of influencing the activities of an individual or a group in offorts toward goal achievement in a given situation.
Kepemimpinan adalah proses dari pengaruh aktivitas individual atau kelompok dalam usaha mencapai prestasi pada situasi biasa atau normal.[12]
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengatur, mempengaruhi, atau mengarahkan orang lain (dua orang atau lebih) untuk mewujudkan tujuan yang telah di tetapkan dengan upaya yang maksimal dan kontribusi dari masing-masing individu,[13]
2.    Definisi Kepemimpinan
Pasca khalifaturrasidin, pengkafiran sesama muslim makin marak. Persoalannya terletak pada siapa yang pantas menjadi khalifah (pemimpin)? Selain itu dan ini menjadi kajian menarik adalah persyaratan apa saja yang harus ada pada diri seorang khalifah dan apa misi yang dibawa dan diemban oleh seorang khalifah di muka bumi ini?  Banyak term yang digunakan al-Qur’an dalam membahas tentang kepemimpinan, yaitu; al-Imam, al-Khilaafah, Ulil Amri, dan al-Malik.[14]
Al-Imam adalah suatu istilah yang berarti pemuka, dipakai dalam berbagai aspek kehidupan. Sejak awal istilah imam digunakan guna menyebut seseorang yang memimpin (amma) salat berjama’ah diantara para partisipan (ma’mun). Ikatan yang demikian erat dengan dimensi keagamaan kelihatannya menjadikan kurang dikaitkan dengan politik, sebagaimana dapat dilihat dari penggunaan khalifah bukan imam pada Abu Bakar dan penerusnya.
Istilah imam akhirnya mengalami perkembangan yang cukup luas, tidak hanya digunakan sebatas dalam pemimpin spritual dan penegak hukum, tapi lebih dari itu juga digunakan dalam ke-khalifahan (pemerintahan) dan amirulmu’minin (pemimpin orang mukmin). Para ulama mengartikan Imam sebagai orang yang dapat diikuti dan ditauladani serta menjadi orang yang berada di garda terdepan.
Rasulullah adalah imamnya para imam, khalifah adalah imamnya rakyat, dan al-Qur`an adalah imamnya kaum muslimin. Sesuatu yang dapat diikuti tidak hanya manusia, tapi juga kitab. Kalau manusia, maka yang dapat ditauladani ialah perkataan dan perbuatannya. Kalau kitab, maka yang dapat diikuti dan dipedomani adalah ide dan gagasan-gagasannya.
 Khalifah, dilihat dari segi bahasa akar katanya terdiri dari tiga huruf yaitu kha`, lam dan fa. Kata khalifa yang berasal dari kata kerja khalafa berarti pengganti atau penerus. Dalam al-Qur’an (al-Baqarah:30; Shad:26) kata khalifah mengacu kepada pengertian ”penerima otoritas di atas bumi yang bersumber dari Tuhan”. Dengan demikian, pengertian istilah khalifah sebagaimana lazimnya dipergunakan adalah merupakan produk pengalaman umat setelah meninggalnya Nabi. Sebelum wafatnya, istilah khalifah belum ada.[15]
Para ulama, memaknai kata khalifah menjadi tiga macam arti yaitu mengganti kedudukan, belakangan dan perubahan. Dalam al-Qur`an ditemukan dua bentuk kata kerja dengan makna yang berbeda. Bentuk kata kerja yang pertama ialah khalafa-yakhlifu dipergunakan untuk arti “mengganti”, dan bentuk kata kerja yang kedua ialah istakhlafa-yastakhlifu dipergunakan untuk arti “menjadikan”.
Pengertian mengganti dapat merujuk pada pergantian generasi ataupun pergantian jabatan kepemimpinan. Tetapi ada satu hal yang perlu dicermati bahwa konsep yang ada pada kata kerja khalafa disamping bermakna pergantian generasi dan pergantian kedudukan kepemimpinan, juga berkonotasi fungsional artinya seseorang yang diangkat sebagai pemimpin dan penguasa di muka bumi mengemban fungsi dan tugas-tugas tertentu.
Jamak dari kata khalifah ialah khalaif dan khulafa. Term ini dipergunakan untuk pembicaraan dalam kaitan dengan manusia pada umumnya dan orang mukmin pada khususnya. Sedangkan khulafa dipergunakan  al-Qur`an dalam kaitan dengan pembicaraan yang tertuju kepada orang kafir.
Ulul al-Amr, istilah ini terdiri dari dua kata yaitu; Ulu artinya pemilik dan al-Amr artinya perintah atau urusan. Kalau kedua kata tersebut digabung, maka artinya ialah pemilik kekuasaan. Pemilik kekuasaan di sini bisa bermakna Imam dan Ahli al-Bait, bisa juga bermakna para penyeru ke jalan kebaikan dan pencegah ke jalan kemungkaran, bisa juga bermakna fuqaha dan ilmuan agama yang taat kepada Allah SWT.[16]
Al-Malik, akar kata nya terdiri dari tiga huruf, yaitu mim, lam dan kaf, artinya ialah kuat dan sehat. Dari akar kata tersebut terbentuk kata kerja Malaka-Yamliku artinya kewenangan untuk memiliki sesuatu. Jadi term al-Malik bermakna seseorang yang mempunyai kewenangan untuk memerintahkan sesuatu dan melarang sesuatu dalam kaitan dengan sebuah pemerintahan. Tegasnya term al-Malik itu ialah nama bagi setiap orang yang memiliki kemampuan di bidang politik dan pemerintahan.
Secara sederhana kepemimpinan itu sendiri adalah kemampuan memperoleh consensus dan ketertarikan pada sasaran bersama, melampaui syarat-syarat organisasi yang di capai dengan pengalaman dan kepuasan di kelompok kerja.[17]
Menurut Hadari Nawawi: kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujaun (1993:81).
Kepemimpinan adalah perilaku seorang individu ketika iamengarehkan aktifitas sebuah keleompok menuju suatu tujuan bersama.(menurut Hemphill & Coons,1957:7)
Kepemimpinan adalah suatu jenis hubungan kekuasaan yang ditandai oleh persepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai hak untuk merumuskan pola perilaku dari anggota yang pertama dalam hubungannya dengan kegiatannya sebagai anggota kelompok(Janda,1960:358)
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang mengarah yang dilakasanakan melalui proses komunikasi,kearah pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu(Tanenbaum,Weschler&Massarik,1961:24)
Kepemimpinan  adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang terorganisasi menuju pencapaian suatu tujuan(Roach & Behling 1984:46)
Dari pengertian di atas kita dapat simpulkan bahwa kepemimpinan yaitu mengarahkan, mengkomunikasikan, merumuskan, mempengaruhi seseorang dalam mencapai tujuan bersama.
3.    Dasar dan Karakteristik Kepemimpinan Islam
sebuah bangsa yang sebelumnya besar dan beradab hancur dan tak berarti karena kerakusan, keserakahan dan buruknya sikap mental  para pemimpinnya. Suatu contoh, hancurnya Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah, lebih disebabkan oleh karena penerus tahta mahkota kekhalifahan berada di tangan-tangan pemimpin yang lemah dan tak bermoral. Hubbuddunnya (cinta dunia) lebih kentara dan lebih lekat dibanding dengan hubbul-akhirah (cinta akhirat).
Islam memberikan dasar-dasar normatif dan filosofis tentang kepemimpinan yang bersifat komprehensip dan universal. Tidak hanya untuk umat Islam tapi juga untuk seluruh umat manusia. Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai berikut; pertama, hikmah, ajaklah manusia ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik lagi bijaksana (QS. al-Nahl:125). Kedua, diskusi, jika ada perbedaan dan ketidaksamaan pandangan, maka seorang pemimpin menyelesaikan dengan diskusi dan bertukar pikiran (QS. al-Nahl:125).[18]
Ketiga, qudwah, kepemimpinan menjadi efektif apabila dilakukan tidak hanya dengan nasihat tapi juga dengan ketauladanan yang baik dan bijaksana (QS. al-Ahdzab:21). Pepatah mengatakan, satu ketauladanan yang baik lebih utama dari seribu satu nasehat. Memang kesan dari sebuah keteladanan lebih melekat dan membekas dibanding hanya sekedar nasehat seorang pemimpin.
Keempat, musyawwarah, adalah suatu bentuk pelibatan seluruh komponen masyarakat secara proporsional dalam keikutsertaan dalam pengambilan sebuah keputusan atau kebijaksanaan  (QS. Ali Imran:159, QS. As-Syura:38). Dengan musyawwarah, maka tidak ada suatu permasalahan yang tak dapat diselesaikan. Tentu dengan prinsip-prinsip bilhikmah wamauidhatil khasanah yang harus dipegang teguh oleh setiap komponen pemerintah atau imamah.
Kelima,  adl, tidak memihak pada salah satu pihak. Pemimpin yang berdiri pada semua kelompok dan golongan, (QS.al-Nisa’:58&135, QS. al-Maidah:8) Dalam memimpin pegangannya hanya pada kebenaran, shirathal mustaqim (jalan yang lurus). Timbangan dan ukurannya bersumber  pada al-Qur’an dan al-Hadits.  Kecintaannya hanya karena Allah dan kebencian pun hanya karena Allah. Hukum menjadi kuat tidak hanya saat berhadapan dengan orang lemah, tapi juga menjadi kuat saat berhadap-hadapan dengan orang kuat.
Keenam, kelembutan hati dan saling mendoakan. Kesuksesan dan keberhasilan Rasulallah dan para sahabat dalam memimpin umat, lebih banyak didukung oleh faktor performa pribadi Rasul dan para sahabat yang lembut hatinya, halus perangainya dan santun perkataannya. Maka Allah SWT menempatkan Muhammad Rasulallah sebagai rujukan dalam pembinaan mental dan moral sebagaimana firmannya, ”Laqad kana lakum fi Rasulillahi uswatun hasanah” (Sungguh ada pada diri Rasul suri tauladan yang baik), (QS. al-Ahdzab:21 dan al-Qalam:10).
Ketujuh, dari prinsip dasar kepemimpinan Islami adalah kebebasan berfikir, kreativitas dan berijtihad. Sungguh amat luar biasa, sepeninggal Rasulallah para sahabat dapat menunjukkan diri sebagai sosok pemimpin yang mandiri, kuat, kreatif dan fleksibel.
Kedelapan, sinergis membangun kebersamaan. Mengoptimalkan sumber daya insani yang ada. Hebatnya Rasulullah salah satunya adalah kemampuan beliau dalam mensinergikan dan membangun kekuatan dan potensi yang dimiliki umatnya. Para sahabat dioptimalkan keberadaannya. Keberbedaan potensi yang dimiliki sahabat dan umat dikembangkan sedemikian rupa, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang tangguh baik mental maupun spritualnya.
Berbagai misi kenegaraan dipercayakan Rasulallah kepada para sahabatnya seperti misi ke Habasyah, Yaman, Persia dan Rumawi.  Muncullah sosok-sosok sahabat seperti Abu Dzar Al-Ghifari, Mu’adz bin Jabal, Salman al-Farisi dan Amr bin Ash. Dalam usia yang relatif muda, mereka sudah memimpin berbagai ekspedisi kenegaraan dan berbagai pertempuran penting.
Dalam menjalankan suatu roda kepemimpinan dalam islam, seorang pomimpin harus memiliki dasar dan karakter dalam memimpin sehingga dalam penerapan kepemimpinannya tidak melenceng dengan aturan-aturan yang telah di atur dalam agama islam adapun dasar dan karakteristik Sebagai pemimpin minimal harus memenuhi empat criteria sebagai mana di jelaskan dalam surah Al-maidah, ayat 55 :
رَاكِعُونَ ÙˆَÙ‡ُÙ…ْ الزَّÙƒَاةَ ÙˆَÙŠُؤْتُونَ الصَّÙ„َاةَ ÙŠُÙ‚ِيمُونَ الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا ÙˆَالَّØ°ِينَ ÙˆَرَسُولُÙ‡ُ اللَّÙ‡ُ ÙˆَÙ„ِÙŠُّÙƒُÙ…ُ Ø¥ِÙ†َّÙ…َا
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).(QS: Al-Maidah Ayat: 55)
a.    Beriman kepada Allah, karena ulil amri adalah penerus kepemimpinan Rasul, sedangkan Rasul SAW sendiri pelaksana kepemimpinan Allah SWT, maka tentu saja yang pertama kali harus di miliki oleh penerus kepemimpinan beliau adalah keimanan (kepada Allah, Rasulnya dan rukun iman yang lainnya) tanpa keimanan bagaiman mungkin dia dapat di harapkan memimpin umat  menempuh jalan Allah SWT di atas permukaan bumi
b.    Mendirikan shalat adalah ibadah vertical langsung kepada Allah SWT, seorang pemimpin yang mendirikan shalat di harapkan memiliki hubungan vertical yang baik dengan Allah SWT, di harapkan nilai-nilai kemualiaan dapat tercermin di dalam ke pemimpinnannya missal kejujuran, dimana ketika seorang imam batal (kentut) dalam shalat  maka dengan kejujurannya imam tersebut mundur dari imam dan rela di gantikan oleh orang lain.
c.    Membayar Zakat adalah ibadah mahdhah yang merupaka symbol kesucian dan kepedulian social, dimana dengan melaksanakan zakat berarti seorang pemimpin telah membersihkan hartanya sehingga terhindar dari koropsi,kolusi dan nepotisme (KKN), dan sedangkan bentuk kepedulian social dari zakat tersebut nerupakan kepedulian seorang pemimpin kepada fakis miskin, kaum duafa dan sebagainya
d.   Selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT, dalam ayat di atas di sebutkan pemeimpin itu haruslah orang yang ruku (wahum rakiun) ruku adalah kepatuhan secara mutlak kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang secara konkrit di manifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang kaffah (totalitas ) baik dalam asfek aqidah, ibadah akhlak maupun muamalah.[19]
Adapun adalam referensi lain mengungkapkan bahwa dasar kepemimpinan islam sebagai berikut :
1.      Tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman, sebagin pemimpin bagi orang-orang muslim karena bagaimanapun akan mempengaruhi lebih lanjut terhadap kualitas keberagamaan rakyat yang di pimpinnya, dalam hal ini rasulullah SAW bersabda : “keberegamaan rakyat tergantung keberagamaan pemimpinnya”
Allah SWT telah member patokan, bagaimana kaum muslim dalam menggangkat pemimpinnya, dalam hal ini Allah SWT berfirman :
 “wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pelindung, pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mu’min, apakah kamu ingin menjadikah hal itu sebagai alasan bagi Allah SWT untuk meninmpakan sikasaan yang nyata” (Qs. Annisa, ayat 144)
Tidak boleh pula mengangkat pemimpin dari orang-orang yang mempermainkan agama Islam dan kaum muslimin, Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.(QS: Al-Maidah Ayat: 57)
2.      Setiap kelompok orang bahkan dalam kelompok lebih dari tiga orang di perlukan adanya pemimpin, guna mencapai tujuan organisasi di samping memiliki anggota juga harus mengangkat pemimpin sebagai penanggung jawab organisasi tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda :
“jika tiga orang berjalan dalam sutu perjalanan, angkatlah salah satu di antara mereka sebagai pemimpin (HR. Abu Dawud)”
Ibnu taymiyah memberi komentar hadits di atas, bahwa Rasululloh SAW mewajibkan mengangkat seorang pemimpin dalam satu jama’ah yang begitu kecil, missal yang bersifat sementara dalam suatu perjalanan, menurut Ibnu Taymiyah Allah SWT telah mewajibkan Amar ma’ruf dan nahi munkar, hal itu tidak dapat terlaksana melainkan dengan kekuatan pemimpin.
3.      Pemimpin harus orang yang memiliki keahlian di bidangnya dan kehancuran jika menyerahkan urusan umat kepada seseorang yang bukan ahlinya atau tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, sabda Nabi SAW :
“siapa yang menyerahkan urusan kepada bukan ahlinya, tunggulah kehancurannya (HR. Bukhori dan Muslim)”
4.      Pemimpin harus bias di terima (acceptable) mencintai dan di cintai umatnya, mendoakan umat dan di doakan, sabda Nabi SAW :
“sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu nerdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu, seburuk-buruk pemeimpin adalah mereka yang kamu benci  dan membenci kamu, kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu (HR. Muslim)”
5.      Mengutamakan membela dan mendahulukan kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari’at, berjuang menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan dan fitnah.
6.      Sehat dan kuat, selain itu seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat Rasul SAW yaitu benar (siddiq) terpercaya (amanah) dst
7.      Bertanggung jawab, sabda Nabi SAW :
“tiap-tiap kamu menjadi pemimpin dan bertanggung jawab terhadap orang-orang yang kamu pimpin, seorang imam (kepala Negara, pemuka) menjadi pemimpin dan bertanggung jawab kepada rakyatnya, seorang suami menjadi peemimpin di lingkungan keluarganya, dia bertanggung jawab kepada seluruhnya, seorang istri menjadi pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dia bertanggung jawab mengendalikannya, seorang pesuruh (khadim) menjadi pemimpin dari harta benda majikannya, dia bertanggung jawab mengamankannya, seorang anak menjadi pemimpin harta benda ayahnya, dia bertanggung jawab memeliharanya, setiap kamu menjadi pemimpin dan bertanggung jawab terhadap orang-orang yang kamu pimpin (HR. Bukhori dan Muslim) ”
8.      Melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT
9.Agar urusan masyarakat berjalan dengan lancer
10.  Bermusyawarah.[20]
Dalam konsep lain dasara konseptual kepemimpinan islam melalui 3 pendekatan
1)      Pendekatan normative
Dimana pendekatan ini bersumber langsung dari Al-qur’an dan Al Hadits yang memiliki empat pokok
a.       Prinsip tangung jawab dalam organisasi
b.      Perinsip etika tauhid
c.       Prinsip keadilan
d.      Prinsip kesederhanaan
2)      Pendekatan historis
Dimana pendekatan ini seorang pemimpin di haruskan meniru sitem kepemimpinan dalam islam yang telah di contohkan ataupun di lakukan pada zaman, nabi, khulafaurrasyidin, maupun para pemimpin islam yang lainnya
3)      Pendekatan teoritik
Ideology islam adalah ideology yang terbuka, seorang pemipin bebas mengembangkan system kepemimpinan yang telah di atur oleh islam dlam Al-Qur’an maupun Al-hadits sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat ataupun pemimpinnya itu sendiri.[21]
4.    Dasar dan Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Islam
Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian, dimana kata pendidikan menerangkan di lapangan apa dan di mana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekalaigus menjelaskan pula sifat dan ciri-ciri kepemimpinan, yaitu bersifat mendidik dan membimbing. Sebagaimana kata pendidikan yang menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
a.       pendidikan sebagai usaha atau proses pendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari.
b.      pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakikat dan kegiatan mendidik mengajar dari zaman ke zaman atau yang membahas prinsip-prinsip dan pratik-praktik mendidik dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam.
Dari dual hal tersebut, maka dapat penulis jelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan pada dasarnya terdapat dan berperan pada usaha-usaha yang berhubungan dengan proses mendidik dan mengajar di satu pihak, dan pada pihak lain berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan pendidikan sebagai satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya dan ilmu-ilmu pembantu lainnya.
Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan sangat berperan penting dalam mengembangkan seluruh sumber daya yang ada termasuk sumber daya manusia (SDM), oleh karena itu, para pakar pendidikan mencoba mengartikan kepemimpinan pendidikan, yaitu:[22]
Nawawi (1994:82), mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas terebut, setiap pimpinan pendidikan harus mampu bekerja sama dengan orang-orang yang dipimpinnya untuk memberikan motivasi agar melakukan pekerjaannya secara ikhlas.[23] Dengan demikian, seorang pemimpin pendidikan harus memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan sumber daya manusia lembaga pendidikan.
Fachrudi (1983: 33), mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat berlangsung lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
Sedangkan Assosiation of Supervision and curiculum Development(ASCD), menyatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah tindakan atau tingkah laku di antara individu-individu dan kelompok-kelompok yang menyebabkan mereka bergerak kearah tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang menambahkan penerimaan bersama bagi mereka.[24]
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, tentang pengertian kepemimpinan pendidikan, maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan, memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang dalam lembaga pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
Dengan demikian, dalam pandangan penulis bahwa kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, maka makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.[25] Dengan demikian, penulis beranggapan bawah makin efektifnya kepemimpinan seseorang, maka kesuksesan dalam mencapai cita-cita semakin terbuka lebar. Dalam hal ini, seorang pemimpin benar-benar mampu mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Dengan menyebutkan “ kepemimpinan pendidikan”, maka disamping menjelaskan dimana kepemimpinan itu berada dan berperan, tambahan kata “pendidikan” dibelakang kata “kepemimpinan” hendaknya menampakkan pula sifat-sifat atau cirri-ciri khusus kepemimpinan yang bersifat mendidik, membimbing, dan mengemong tetapi bukan memaksa dan menekan dalam bentuk apapun. Adapun Ciri-ciri dari seorang pemimpin dalam kepemimpinan pendidikan islam itu sendiri antara lain:
1)      Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaga atau organisasinya
2)      Memfungsikan keistimewaannya yang lebih di banding orang lain
3)      Memahami kebisaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya
4)      Mempunyai karisma atau wibawa dihadapan manusia atau orang lain
5)      Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang terhadap bawahannya, agar orang lain simpatik kepadanya
6)      Bermusyawarah dengan para pengikut serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka
7)      Mempunyai power dan pengaruh yang dapat memerintah serta mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan control pengawasan atas pekerjaan anggota, meluruskan keliruan, serta mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencengah kemungkaran
8)      Bersedia mendengar nasehat dan tidak sombong, karena nasehat dari orang yang ikhlas jarang sekali kita peroleh[26]
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pegawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemempuan mengambil keputusan dan kemempuan berkomunikasi. kepribadian kepala sekolah sebagai leader tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggungjawab, berani mengambil resiko, dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, teladan.,Memiliki kepribadian yang kuat,  Memahami semua personalnya yang memiliki kondisi yang berbeda, begitu juga kondisi siswanya berbeda dengan yang lainnya, Memiliki upaya untuk peningkatan kesejahteraan guru dan karyawannya
Sehingga untuk mencapai tujuan yang akan di capai oleh seorang pemimpin dan aggotanya seorang pemimpin setidaknya memiliki tujuh karakteristik kepemimpinan profetik yang bisa saya uraikan pada tulisan ini, yaitu antara lain :
a)      Memiliki karakter shidiq (jujur). Kepemimpinan profetik mengedepankan integritas moral (akhlak), satunya kata dan perbuatan, kejujuran, sikap dan perilaku etis. Sifat jujur merupakan nilai-nilai transedental yang mencintai dan mengacu kepada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT (Shiddiq) dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Perilaku pemimpin yang "shiddiq" (shadiqun) selalu mendasarkan pada kebenaran dari keyakinannya, jujur dan tulus, adil, serta menghormati kebenaran yang diyakini pihak lain yang mungkin berbeda dengan keyakinannya, bukan merasa diri atau pihaknya paling benar.
b)      Memiliki karakter amanah. Kepemimpinan profetik mengahadirkan nilai-nilai bertanggungjawab, dapat dipercaya, dapat diandalkan, jaminan kepastian dan rasa aman, cakap, profesional dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Karakter tanggungjawab, terpercaya atau trustworthy (amanah) adalah sifat pemimpin yang senantiasa menjaga kepercayaan (trust) yang diberikan orang lain. Karakter amanah dapat menajamkan kepekaan bathin seorang pemimpin untuk bisa memisahkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan publik/organisasi.
c)      Memiliki karakter tabligh. Kepemimpinan profetik menggunakan kemampuan komunikasi secara efektif, memiliki visi, inspirasi dan motivasi yang jauh ke depan. Seorang pemimpin itu memerlukan kemampuan komunikasi dan diplomasi dengan bahasa yang mudah dipahami, diamalkan, dan dialami orang lain (tabligh). Sosok pemimpin (seperti karakter nabi dan rasul) bahasanya sangat berbobot, penuh visi dan menginspirasi orang lain.
d)     Memiliki karakter fathanah (cerdas). Kepemimpinan profetik itu mempunyai kecerdasan, baik intelektual, emosional maupun spiritual, kreativitas, peka terhadap kondisi yang ada dan menciptakan peluang untuk kemajuan. Sosok pemimpin itu harus cerdas, kompeten, dan profesional (fathanah). Pemimpin yang mengacu sifat fathonah nabi adalah pemimpin pembelajar, mampu mengambil pelajaran/hikmah dari pengalaman, percaya diri, cermat, inovatif tetapi tepat azas, tepat sasaran, berkomitmen pada keunggulan, bertindak dengan motivasi tinggi, serta sadar bahwa yang dijalankan adalah untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama yang akan dicapai dengan cara-cara yang etis.
e)      Memiliki karekter istiqamah (konsisten/teguh pendirian). Kepemimpinan profetik mengutamakan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement (Istiqamah). Pemimpin yang istiqamah adalah pemimpin yang taat azas (peraturan), tekun, disiplin, pantang menyerah, bersungguh-sungguh, dan terbuka terhadap perubahan dan pengembangan.
f)       Memiliki karakter mahabbah (cinta, kasih-sayang). Kepemimpinan profetik mengutamakan ajaran cinta (mahabbah) bukan kebencian dan pemaksaan. Karakter pemimpin profetik selalu peduli (care) terhadap moral dan kemanusiaan, mudah memahami orang lain/berempati, suka memberi tanpa pamrih (altruistik), mencintai semua makhluk karena Allah, dan dicintai para pengikutnya dengan loyalitas sangat tinggi.
g)      Memiliki karakter shaleh/ma'ruf (baik, arif, bijak). Kepemimpinan profetik adalah wujud sebuah ketaatan kepada Allah dan mendarmabaktikan dirinya untuk kesalehan, kearifan dan kebajikan bagi masyarakatnya. Ketaatan dan keshalehan para nabi atau rasul berpedoman pada wahyu dan mu'jizat dari Allah. Karakter shaleh/arif dapat melahirkan pesona kharismatik yang merupakan ilham dari ilahi, yang terpancar pada permukaan kulit, tutur kata, pancaran mata, sikap, tindakan, dan penampilan. Seorang pemimpin yang shaleh mempunyai kualitas kepribadian individu yang utuh sehingga menyebabkan orang lain menaruh simpati, percaya dan menganut apa yang diinginkannya. Pemimpin shaleh berarti pemimpin yang dirinya diakui pengikut, karena ketaatannya kepada Allah.
5.      Perbadaan Kepemimpinan Islam dengan Kepemimpinan Pendidikan Islam
Untuk mencara suatu perbedaan dalam konsep kepemimpinan dalam Islam sangatlah minim dalam menentukan suatu perbedaan di karenakan aturan dan dasar-dasara yang di pakai oleh system kepemimpinan islam dan kepemimpinan pendidikan islam, relative sama yaitu bersumber dari Al-qura’an dah hadits oleh karena itu kami mencoba untuk membedakan kepemimpinan islan dari segi dasr penerapan dari kedua lembaga Islam tersebut adapun perbedaan yang signifikan dalam kepemimpinan Islam dengan kepemimpina pendidikan Islam yaitu :
a.       Kepemimpinan islam dasar penekanannya pada figure yang di miliki oleh seorang pemimpin, untuk di tiru oleh kalangan masyarakatnya.
b.      Kepemimpinan pendidikan islam dasar penekanannya lebih condong bersifat mendidik dan membimbing
c.       Dasar Kepemimpinan islam lebih menekankan bagaimana menumbuhkan kreatifitas dan produktifitas yang di miliki oleh SDMnya
d.      Dasar kepemimpinan pendidikan islam lebih menekankan pada peningkatan ilmu pengetahuan.
Sehingga seorang pemimpin hendaklah memiliki keimanan yang kuat dan senantiasa memihak kepada kepentingan rakyat, menegakkan keadilan dan kebenaran, memberantas ketertinggalan sosial dan ekonomi, sehigga tidak adanya lagi penindasan yang terjadi, dapat mengembalikan jatidiri dan martabat kemanusiaan sebagai mahluk mulia di sisi Allah SWT, dengan menjaga persaudaraan meskipun hidup dalam pluralisme, dengan mengembangkan pemberdayaan sumber daya manusia, sehingga penindasan dan kebodohan dapat terhindarkan.
C.  PENUTUP
1.    Kesimpulan
Islam memberikan dasar-dasar normatif dan filosofis tentang kepemimpinan yang bersifat komprehensip dan universal. Tidak hanya untuk umat Islam tapi juga untuk seluruh umat manusia. Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai berikut; pertama, hikmah, Kedua, diskusi,Ketiga, qudwah,Keempat, musyawwarah, Kelima,  adl, Keenam, kelembutan hati dan saling mendoakanKetujuh, dari prinsip dasar kepemimpinan Islami adalah kebebasan berfikir, kreativitas dan berijtihadKedelapan, sinergis membangun kebersamaan
kepemimpinan hendaknya menampakkan sifat-sifat atau cirri-ciri khusus kepemimpinan yang bersifat mendidik, membimbing, dan mengemong tetapi bukan memaksa dan menekan dalam bentuk apapun. Adapun Ciri-ciri dari seorang pemimpin dalam kepemimpinan pendidikan islam itu sendiri antara lain:  Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaga atau organisasinya,Memfungsikan keistimewaannya, Memahami kebisaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya,  Mempunyai karisma atau wibawa dihadapan manusia atau orang lain,  Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang terhadap bawahannya, agar orang lain simpatik kepadanya, Bermusyawarah dengan para pengikut serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka, Mempunyai power dan pengaruh, meluruskan keliruan, serta mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencengah kemungkaran, Bersedia mendengar nasehat dan tidak sombong,










DAFTAR PUSTAKA
Andrew J, Dubrin, 2005, the complete ideal’s guides leadership. Tjr : tri wibowo budi santoso, jakarta :prenada
As-suwaid, thariq muhammad.2005.shina’atu Al-Qoid. Trj : samson rahman, sukses menjadi pemimpin islam, jakarta : maghfiroh pustaka.
Bass, bernard M. 1974, bass and stogdil’s handbook of leadership, theory research, and managerial aplications, new york : A division of macmillan publishing Co. Inc.
Carles J, Keating. 2003, the leadership book’s, tjr. A,M, mangunhardajana, yogyakarta, kanisius,
Hadari,nawawi,2003, kepemimpinan mengefektifkan organisasi, yogyakarta : gadjah mada university press
Hersey, paul dan blanchard, kenneth H. 1972, management of organizational behavior, utilizing human resource, new jersey : prentice-hall.
Iqbal, 2002,  Negara Ideal Menurut Islam, Jakarta : Ladang Pustaka & Intimedia
Mar’at, 1985, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : Ghalia Indonesia
Marno, Triyo Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: Refika Aditama
Moedjiono Imam, 2002, kepemimpinan dan keorganisasian, Yogyakarta: UII Pres
Mas’ud abdurrahman.2004, the pesantren architects and their socio-religious teaching, edisi indonesia : intelektual pesantren, perhelatan agama dan tradisi. Yogyakarta : LKIS
Nanang Fattah, 2009,Landasan Manajamen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Nasution Harun,  1992, Insiklopedi  Islam Indonesia, , Jakarta, Djambatan
Qomar Mujamil, 2007, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga,
Rivai Veithza, 2004, Kiat Memimpin Abad 21,Jakarta : PT Raja Grafindo,
___________dan Arifin Arlian, 2009,Islamic leadership (membangun super leadership melalui kecerdasan spiritual), Jakarta : PT Bumi Aksara
____________dan Mulyadi Dedy , 2011, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi , Jakarta : PT Raja Grafindi Persada
Syafaruddin, 2005Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat : Ciputat Press
Sulthon, M,. Dan khusnurridlo. M, 2006, manajemen pondok pesantren dalam perspektif global, yogyakarta : LaksBang Pressindo
Tim direktorat jendral pembinaan kelembagaan agama islam/direktorat pendidikan keagamaan dan pondok pesantren. Profil pondok pesantren mu’adalah, jakarta, direktoral jendral kelembagaan agama islam/direktorat pendidikan keagamaan dan pondok pesantren departemen agama
Wibowo, 2002, SHOOT, Sharpening our Concept and Tools,  Bandung : PT Syamil Cipta Media,
Wahjosumidjo, 2005, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Prmasalahannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Yulk, 2002, leadership in organizations. New york : prentice hall
Sinn, ahmad Ibrahim abu. 2006, manajemen syari’ah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,










ORIENTASI KEPEMIMPINAN DALAM MEMPERHATIKAN KREATIFITAS MASYARAKAT
Oleh : Ati Nok Sumiyati
A.    Pendahuluan
Salah satu wujud adanya kelangsungan hidup manusia dalam berbangsa, bernegara dan bermasyarakat adalah berkat adanya pemimpin yang bisa di andalkan dan mampu memberdayakan masyarakat untuk mencapai kemajuan organisasi. Untuk itu diperlukan adanya pemimpin yang mapu memberdayakan kreatifitas masyarakat untuk mencapai  kesejahteraan. Dan untuk bisa memberdayakan kreatifitas masyarakat di perlukan seorang pemimpin yang memiliki enam keunggulan yakni, responsif, organisatoris, Qur’anis, inovatif, dan berbobot dalam arti memiliki kelebihan di atas rata-rata.
Untuk lebih jelas tentang kajian orientasi kepemimpinan dalam memperhatikan kreatifitas masyarakat penulis uraikan secara sistematis berikut ini.
B.     Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah merefleksikan suatu proses, dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau kelompok dengan memberikan petunjuk dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan serta hubungan di dalam suatu kelompok atau organisai.[27]
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan hal-hal yang diinginkan dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.[28]
Dari kedua definisi kepemimpina  tersebut di atas, penulis simpulkan sebagai berikut : kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mengerti dan setuju kepada apa yang di butuhkan untuk di kerjakan dan sebagaimana yang dapat di kerjakan secara efektif, serta proses memfasilitasi upaya-upaya seseorang atau kelompok untuk menyelesaikan tujuan bersama dengan sebaik-baiknya.
C.     Orientasi Memperhatikan Kreativitas Masyarakat
Dengan berorientasi memperhatikan kreatifitas masyarakat yang dipimpin, seorang pemimpin akan berhasil untuk mencapai tujuan yang ia kehendaki, untuk itu seorang pemimpin harus berorientasi kreativitas masyarakat untuk menggali potensi yang ada dan di perdayakan untuk mencapai tujuannya.
Adapun langkah-langkah untuk memberdayakan kreatifitas masyarakat yang di pimpin adalah sebagai berikut :
1.    Responsif (tanggap) terhadap potensi (kemampuan) yang di miliki oleh masyarakat, sehingga sumber daya manusia (SDM) yang ada dapat dapat di manfaatkan untuk kemajuan bersama, dan perlu di ketahui bahwa bakat (skill) seseorang tidak sama. Dan tidak perlu menyingkirkan seseorang ketika kemampuan atau bakat seseorang yang di anggap kurang populer (tidak disukai), karena perbedaan bakat yang ada itu memang sudah menjadi kehendak Allah agar kehidupan dapat berjalan dengan seimbang, sebagimana firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-hujarat ayat : 13.
“ Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha mengenal.[29]
2.    Optimis (yakin berhasil)
Seorang pemimpin harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mewujudkan cita-cita yang ingin di capai (Man Jadda wa jadda,) barang siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil. Menurut Eko maulana ali, seorang pemimpin yang optimis memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi. Pemimpin yang demikian selalu berfikir positif dan prospektif serta tidak ada kamus berputus asa dalam dirinya. Bagi dia kesulitan dan tangtangan adalah proses untuk mencapai keberhasilan.[30] Hal inisebagaimana firman Allah swt dalam Al-qur’an surah Al-Insyiroh (5-6)
“karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5) sesungguhnya sesudad kesulitan itu ada kemudahan (6).[31]
Dalam surah Ar-Ra’d (11)
“sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan suatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.[32]
3.    Qur’ani (Islami)
Secara umum model kepemimpinan dalam islam yang di praktikan Nabi Muhammad SAW tercermin dari sikap dan perilaku sesuai Al-Qur’an. Perilaku tersebut yang menjadi sumber keteladanan kepemimpinan bagi umat Islam. Keteladanan Rasulullah SAW tercermin dari sifat-sifat beliau : siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah, inilah karakteristik yang sekaligus merupakan sifat kepemimpinan Rasulullah SAW :
a.    Siddiq artinya jujur, tulus
b.    Amanah artinya dapat di percaya
c.    Tabligh artinya menyampaikan apa yang seharusnya di sampaikan
d.   Fathonah artinya cerdas
 Keempat karakteristik dan sifat dasar tersebut telah memberikan cahaya kepada Rosulullah sehingga beliau dapat menjadi pemimpin umat dengan sifat kepemimpinan yang paripurna.[33]
Banyak kekuasaan (imoerium) kepemimpinan yang tidak Islami (yang pertentangan dengan al-Qur’an) seperti pada zaman Raja Fir’aun, Naji jerman, Radovan Karajic dalam menghamcurkan komunitas muslim di bosnia, PKI di Indonesia, pembersihan komunitas muslim di pulau Mindanao (Philipina), gerakan anti Islam di rohingya burma.
Kepemimpinan yang tidak sesuai ajaran al-Qur’an adalah bathil dan setiap kebathilan pasti akan hancur, sebagaimana Firman Allah dalam surah al-Isra’ : 18
“dan katakanlah, yang benar telah datang dan bathil telah lenyap, sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.[34]
4.    Inisiatif yang Inovatif
 Pemimpin yang memiliki sense of efficacy (kemujaraban) dan sense of responsibility yang tinggi terhadap tugas yang di emban. Dia selalu mencari terobosan-terobosan baru menciptakan peluang-peluang baru, menggali potensi umat yang di pimpin dan proaktif untuk meraih perubahan yang lebih baik,
Menurut Eko Maulana Ali pemimpin yang inovatif tidak segan-segan untuk merubah kebiasaan di lingkungan kerja, memotong jalur birokrasi dengan menyederhanakan prosedur, memperbaiki atau menyempurnakan aturan-aturan sesuai tantangan dan peluang yang dihadapi guna menciptakan kemungkinan masa depan organisasi atau perusahaan yang lebih baik.[35]
5.    Berbobot, dalam arti  memiliki keunggulan rohani dan jasmani diatas rata-rata masyarakat yang dipimpin. Yakni keunggulan dalam rohani meliputi : keluhuran budi pekerti, ketinggian moralitas, kesederhanaan watak. Dan adapun kelebihan dalam bidang jasmaniah meliputi badan dan fisik yang sehat dan memungkinkan untuk jadi contoh dalam prestasi kerja sehari-hari.[36]
D.  Contoh-contoh pemimpin yang di kagumi dan di idolakan masyarakat
1.    Nabi Muhammad SAW

Rasululloh SAW, adalah seorang pemimpin yang memiliki kharismatik yang besar dan seorang yang memiliki jiwa inovatif yang mampu merubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang beradab, masyarakat yang pasif menjadi masyrakat yang kreatif, masyarakat yang ganas atau kejam menjadi masyarakat yang santun dan lemah lembut. Hal ini karena prilaku beliau merupakan perilaku wahyu ilahi, hal ini membuat Rasulullah SAW sukses memimpin dari kegelapan menajadi terang benderang dengan sifatny yang arif bijaksana yang selalu menjadi uswah bagi umatnya sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS 33 : 21, sebagai berikut :
     “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasululloh itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.[37]
Dengan uswahnya, beliau berhasil membangun masyarakat madani dan saling kasih sayang sesama masyarakat.
2.      Kepemimpinan Al-khulafa’al-rosyidin.
Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban dalam dunia. Rasululloh SAW tidak pernah berwasiat tentang sistem pergantian kepemimpinan.
Begitu juga Al-qur’an tidak memberi petunjuk secara jelas bagaimana sistem suksesi kepemimpinan di lakukukan, kecuali hanya prinsip-prinsip umum yaitu umat islam menentukan urusannya melalui musyawarah.[38]
Keberhasilan generasi para sahabat juga tidak lepas dari generasi sebelumnya yang telah di letakkan pondasi sebelumnya oleh Rasululloh SAW, yang terdapat pada kepemimpinan khulafaur Rasyidin, salah satu diantaranya adalah Khalifah Usman bin Affan (23-35 H/ 644-656 M), nama lengkapnya Usman ibnu Affan Abdil As ibn Umaiyah dari suku quraisy beliau memeluk islam lantaran Abu Bakar dan pernah menjadi sekertaris Rasululloh SAW menuliskan wahyu dan di zaman Abu Bakar beliau menjadi penasehat khalifah di bidang sosial dan keagamaan dan beliau menyusun kembali Al-qur’an yang ada pada Hafsah dan menyeragamkannya dalam bahasa Quraisy agar tidak terjadi perselisihan antara umat di kemudian hari.
Khalifah Usman bin Affan merupakan salah satu pemimpin yang lemah lembut yag sangat memperhatikan rakyatnya. Beliau suka mengadakan pendekatan persuasif jika terjadi gejolak situasi negara pada ,asa Usman bin Affan benar-benar sudah aman kemakmuran sudah tercapai di segenap lapisan masyarakat.[39]
3.      Kepemimpinan di Indonesia
a.Gusdur (KH. Abdurrahman Wahid)
Pemimpin bangsa tidak hanya sebagai seorang politisi, tetapi juga seorang Negarawan sifat kepemimpinan yang demikian di temukan dalam soso presiden keempat Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau akrab di panggil Gusdur.[40]
Menurut Muhammad AS Hikam, sebagai sorang pemimpin Gusdur itu lengkap, kata mantan ketua mahkamah konstitusi Mahfud MD saat menjadi pembicara dalam seminar bertema Role Model Pemimpin dan Guru Bangasa, serta bedah buku Gusdurku, Gusdur anda, Gusdur kita karya Muhammad AS Hikam di bentara budaya jakarta, sabtu (2/11/2013). Acara tersebut di selenggarakan Ikatan Alumni lembaga ketahanan Nasional (Lemhamnas) program pendidikan singkat angkatan XVII dama rangka memperingati hari sumpah pemuda.
  Turt hadir sebagai pembicara Guru besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis Suseno, menteri negara pendayagunaan aparatur negara pada kabinet pembagunan VI (1993-1998), letnan jendral (purn) TB Silalahi, serta pengusaha Chaerul Tanjung, selain itu hadir juga ketua Umum Ikata Alumni LemhannasmAgum Gumelar dan pengarang Muhammad AS Hikam.
Mahfud, yang menjabat Menteri pada era pemerintahan Gusdur, mengatakan, buku yang di tulis Hikam memberikan gambaran menganai sosokmGusdur. Di dalam diri Gusdur tampak jelas sikap sebagai seorag politisi dan negarawan. Politisi itu maunya menang-menangan, sementara negarawan maunya benar-benaran, ujarnya.
Gusdur menunjukkan sikap sebagai politisi, kenang Mahfud, saat beliau menghadapi desakan sejumlah elit politik pada tahun 2001 agar kabinet di rombak. Kabinet lalu di bentuk lagi dengan campur tangan sejumlah elit politik tersebut imbalannya gusdur tidak akan di jatuhkan dari jabatannya sebagai presiden. Sebagai politisi gusdur tidak mau kalah karena menilai perombakan itu inkonstusional katanya.
Namun dusdur juga bisa tampil sebgai seorang Negarawan, hal itu di junjukkan gusdur menjelang sidang istimewa MPR pada tahun 2001, saat itu, ada kelompok yang menjamin gusdur tidak akan di turunkan sebagai presiden asalkan beliau mau mengubah dasar negara Indonesia yaitu Pancasila gusdur menolak keras permintaan itu, beliau mengatakan lebih baik mundur dari pada harus merubah Pancasila sebagai dasar Negara, tutur Mahfud.
TB Silalahi menyebut Gusdur sebagai seorang tokoh nasional sekaligus negarawan, meskipun bukan orang tang sempurna, gusdur masih tepat di sebut sebagai bapak bangsa, gusdur adalah pemimpin yang melindungi semua golongan masyarakat, etnis, ras, dan agama, katanya.
Hal yang sama di kemukakan Chairul Tanjung meski mengaku tidak mengenal gusdur beliau mengatakn, saya percaya Tuhan memberi pemimpin sesuai dengan zamannya. Gusdur diberi peran yang luar biasa dalam mengedepankan pluralisme dan multikulturalisme.
Apa yang dilakukan gusdur saat menjadi presiden umat bermanfaat bagi perjalanan bangsa indonesia hingga sekarang. Menghargai pemimpin. Hikam mengatakan sengaja menulis buku tentang gusdur agar bangsa indonesia belajar menghargai pemimpinnya. Beliau mengumpulkan berbagi tulisan mengenai gusdur dan membuat perpustakaannya, hal semacam ini dilakukan oleh bangsa-bangsa yang berdab, ujarnya.
Mengutip pernyataan franz magnis Suseno dalam kata pengantar bukunya, Hikam mengatakan, tidak banyak pemimpin di Indonesia yang memiliki jiwa kenegarawan. Salah satu pemimpin yang memiliki jiwa kenegaraan adalah gusdur. Pemimpin kedepan menurut Magnis Suseno, harus memiliki visi, semangat, dan keberanian, pemimpin juga harus memiliki integritas dan bisa memimpin secara demokratis.
Jangan memilih pemimpin yang emosional, tetapi yang ikhlas, jangan berharap pada orang yang suka mencari pencitraan, tetapi lihat apa yang di lakukannya, kita perlu seorang pemimpin yang berani tidak populer, ujar Magnis Suseno dan Agum Gumelar dama sambutannya mengatakan Gusdur adalah pemimpin yang berjiwa besar, mari kita ambil kelebihannya dan kita tinggalkan kekurangannya untuk pemimpin 2014.
E.   KESIMPULAN
Untuk bisa memberdayakan kreativitas masyarakat perlu adanya langkah-langkah kepemimpinan yang dapat menggali potensi bakat, kemampuan yang ada pada masyarakat di perlukan adanya pemimpin yang berkarakter :
1.    Responsive : yakni memiliki kemampuan merespon potensi yang ada pada masyarakat
2.    Optimis : pemimpin harus optimis yakni bahwa potensi yang ada dapat di perdayakan untuk di manfaatkan dalam memajukan suatu organisasi
3.    Qur’ani : adanya kebijakan kepemimpinan yag tidak merugikan masyarakat, yakni untuk Rahmatan Lilalamin sesuai tuntutan Alqur’an
4.    Inisiative : pemimpin harus punya inisiative (langkah-langkah) yang konstruktif ada hubungannya (urgenitas) dengan potensi dan kondisi pada zamannya.
5.    Berbobot : walaupun kepemimpinan telah memiliki keempat karakter (responsive, optimisme, qur’ani, dan inisiative) kesemuanya tidak bisa jalan tanpa adanya pemimpin yang berbobot (berkualitas secara rohani dan jasmani) maka di perlukan adanya kepemimpinan yang memiliki kelebihan diatas rata-rata karakter masyarakat, seperti Nabi Muhammad SAW, Khulafa’ur Rasyidi, dan Gusdur.
Nabi Muhammad itu menyetarakan manusia atau pada posisi yang sejajar tetapi akhlak tetap pada tataran yang di ajarkan oleh Nabi (Dr.Muhammad Rokib, M.Ag)






DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Arifin,1971, Teori Pengenbangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja, Jakarta : Barata
Ali Eko Maulana, 2013, Kepemimpinan Integratif dalam Konteks Good Govermenance, Jakarta : PT Multi Cerdas
Saifuddin Muhammad, 2010, Al-qur’anul Karim Terjemah Tafsir Perkata, Bandung : Sygma.
M.P. Muhammad Ngalim Purwanto, 1998, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet.VIII, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Stoner James A.F, 1982, Management, Secont Editions, Prentice Hall International, Inc
Ridwan, 2008, teori kepemimpinan, makalah di sampaikan pada pelatihan keemimpinan mahasiswa (PKM) BEM STAIN Purwokerto.
Robert J, Thierauf, Robert C, Klekamp, Daniel W, Gedding, 1997, Management Principle and Practices : A Contigency and Questionnare Approach. New York : John Willey & Son
Sondang P, Siagian M.P.A. 1971, Filsafat Administrasi, cet.II, Jakarta : Gunung Agung
Stephen J, Carrol & Henry L, Tosy, 1977, Organizational Behavior, New York : John Willey & Son
Sutarto, 1986, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press







  


[1] Veithza Rivai,Kiat Memimpin Abad 21,(Jakarta : PT Raja Grafindo,2004 ),hal.64
[2] Yulk, leadership in organizations. (New york: prentice hall, 2002 ), hal.3
[3] nawawi Hadari, kepemimpinan mengefektifkan organisas,( yogyakarta : gadjah mada university press, 2003)hal,21
[4] Ibid hlm. 20
[5] J, Dubrin Andrew, the complete ideal’s guides leadership. Tjr : tri wibowo budi santoso, (jakarta :prenada, 2005) hal 4
[6] thariq muhammad. As-suwaid, shina’atu Al-Qoid. Trj : samson rahman, sukses menjadi pemimpin islam, (jakarta : maghfiroh pustaka,2005). Hal.42
[7] J, Keating Carles. the leadership book’s, tjr. A,M, mangunhardajana, (yogyakarta, kanisius, 2003) hal 9
[8] Tim direktorat jendral pembinaan kelembagaan agama islam/direktorat pendidikan keagamaan dan pondok pesantren. Profil pondok pesantren mu’adalah, jakarta, direktoral jendral kelembagaan agama islam/direktorat pendidikan keagamaan dan pondok pesantren departemen agama, 2004 hal.62
[9] Mas’ud abdurrahman. the pesantren architects and their socio-religious teaching, edisi indonesia : intelektual pesantren, perhelatan agama dan tradisi.(Yogyakarta : LKIS,2004) hal. 24
[10]M. Sulthon. Dan M khusnurridlo. manajemen pondok pesantren dalam perspektif global, (yogyakarta : LaksBang Pressindo. 2006)hal,39
[11] bernard Bass, M, bass and stogdil’s handbook of leadership, theory research, and managerial aplications, (new york : A division of macmillan publishing Co. Inc. 1974) Hal.11-18
[12] Hersey, paul dan blanchard, kenneth H., management of organizational behavior, utilizing human resource (new jersey : prentice-hall. 1972) Hal.69
[13] ahmad Ibrahim abu Sinn, manajemen syari’ah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) hal. 129.
[14] Harun Nasution,  Insiklopedi  Islam Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 1992).hal. 604.
[15] Ibid., hal. 85
[16] Iqbal, Negara Ideal Menurut Islam, (Jakarta Ladang Pustaka & Intimedia,2002),  hal. 27.
[17]Veithzal Rivai dan Arlian Arifin,Islamic leadership(membangun super leadership melalui kecerdasan spiritual),( Jakarta : PT Bumi Aksara 2009),h.8
[18] Wibowo, SHOOT, Sharpening our Concept and Tools (Bandung : PT Syamil Cipta Media, 2002), hal. 287.
[19] Veithzal Rivai dan Arlian Arifin,op cit.h,11
[20] Imam moedjiono, kepemimpinan dan keorganisasian, (Yogyakarta: UII Pres, 2002)
[21] Veithzal Rivai dan Dedy Mulyadi ,Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi (Jakarta : PT Raja Grafindi Persada, 2011),h.11
[22] Marno, Triyo Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. (Bandung : Refika Aditama, 2008),h.32

[23] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Prmasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.33
[24] Lihat Marno, Triyo Supriyatno, hlm. 32
[25] Nanang Fattah, Landasan Manajamen Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 88
[26] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 277

[27] Eko Maulana Ali, kepemimpinan Integratif dalam Konteks Good Govermenance,Jakarta : PT.Multi Cerdas, 2003, h.20
[28] Sholehuddin, Kepemimpinan Pemuda dalam Berbagai Perspektif, Jakarta : Inti Media, 2008,h.18
[29] Muhammad Saifuddin, Al-qur’anul Karim Terjemah Tafsir Perkata, Bandung : Sygma, 2010
[30] Eko Maulana Ali, Kepemimpinan Integratif dalam Konteks Good Govermenance, Jakarta, PT Multi Cerdas, 2013, h.189
[31] Muhammad Saifuddin, Opcit. h.250

[32] Muhammad Saifuddin, Opcit. h.250
[33] Eko Maulana Ali. Opcit. h. 133
[34] Eko Maulana Ali. Opcit. h. 288
[35] Eko Maulana Ali. Opcit. h. 189
[36] http://www.aparaturnegara.bappenas.go.id/data/kajian/kajian2003
[37] Muhammad Saefuddin, opcit.h.420
[38] Eko Maulana Ali, op cit, h.157
[39] Ibid. h,169
[40] Kompas.com, jakarta 2012