DASAR DAN
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM
Oleh. Zainal
Mustopa
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Kepemimpinan
dalam Islam merupakan hal yang sangat penting sehingga dalam penerapannya
seorang pemimpin memiliki aturan-aturan yang sangat komplek dalam
menjalankan suatu system kepemimpinan
dalam berbagai hal, baik dalam perorangan, Masyarakat, Bangsa maupun Negara.
Veithzal Rivai merumuskan kepemimpinan sebagai suatu proses untuk menggerakkan
sekelompok orang menuju suatu tujuan yang telah di sepakati berasama dengan
mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan tidak terpaksa. Dengan
kemampuan seorang pemimpin yang baik dapat menggerakkan orang-orang menuju
tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan usaha untuk memenuhi kepentingan
mereka.[1]
Impian dan harapan besar umat terhadap pemimpin,
mengantarkan betapa penting dan berartinya peran seorang pemimpin dalam
mendesain sebuah masyarakat, bangsa dan negara. Sejarah membuktikan, kejayaan
dan keemasan sebuah bangsa sangat ditentukan
oleh kualitas dan kapasitas para pemimpinnya, sehingga seorang pemeimpin
haruslah memiliki dasar dan karakteristik dalam menjalankan kepemimpinannya.
Makalah ini akan membahas,
bagaimanadasar dan karakteristik kepemimpinan (pendidikan) islam. Hal ini
sangat menarik, terutama apabila melihat bahwa Islam merupakan agama yang sejak
awal sejarahnya tidak pernah lepas dari aturan yang mengatur hal-hal yang
paling mandasar dalam sebuah tatanan kepemimpinan dalam islam. Dunia
pendidikan Islam juga demikian, misalnya dalam kepemimpinan pendidikan
islam. Pengaruh seorang pemimpin sangatlah menentuakan keberhasilan lembaga pendidikan Islam tersebut.
2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang
di atas maka dapat di rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
a.
Apa
Dasar dan karakteristik kepemimpinan islam ?
b.
Apa
Dasar dan karakteristik kepemimpinan pendidikan islam ?
B. PEMBAHASAN
1. Krangka Teori
Leadership is the
proces of giving purpose (meaning full direction) to colektive effort, and
causing willing effort to be expended to achieve purpose.[2]
“kepemimpinan adalah proses memberikan
tujuan (arahan yang berarti) ke usaha kolektif, yang menyebabkan adanya usaha
yang di keluarkan untuk mencapai tujuan”
Gibson dan kawan-kawan
sebagai mana di kutip hadari nawawi,[3]
kepemimpinan adalah upaya menggunakan berbagai jenis pengaruh yangbukan paksaan
untuk memotivasi anggota organisasi untuk mencapai tujuan terentu.[4]
Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan di antara bawahan
agar tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam kata lain, tugas pemimpin adalah
menjaga keutuhan kerjasama karyawan yang bekerja di dalam organisasi.[5]
Kepemimpinan adalah
usaha untuk mengerakkan manusia untuk mencapai tujuan tertentu baik yang
bersifat duniawi maupun ukhrawi sesuai dengan nilai dan syari’at islam.[6]
Kepemimpinan adalah
suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi kelompok orang untuk tujuan
bersama.[7]
Menurut dubin dalam tim
direktorat jendral pembinaan kelembagaan agama islammengatakan, kepemimpinan
terkait dengan penggunaan wewenang dan pembuatan keputusan,[8]
Pondy dalam M. Sulthon
masyhud dan moh. Khusnurridlo mengatakan, kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
menjadikan suatu aktivitas bermakna, tidak untuk merubahperilaku namun memberi
pemahaman kepada pihak lain tentang apa yang mereka lakukan.[9]
Dalam keterangan lain, morris sebagaimana dalam M. Sulthon Masyhud dan Moh.
Khusnurridlo berpendapat, kepemimpinan dapat di artikan sebagai menggerakkan
kelompok untuk mencapai tujuan.[10]
Bass dan stogdill menyimpulkan
bahwa terdapat hampir sama banyaknya dengan definisi tentang kepemimpinan
dengan jumlah orang yang telah mencoba mendefinisikannya. Lebih lanjut bass dan
stogdill menyetakan bahwa kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat
dirumuskan dalam berbagai macam definisi, tergantung dari titik mana
pemikirannya.[11]
Leadership as the
process of influencing the activities of an individual or a group in offorts
toward goal achievement in a given situation.
Kepemimpinan adalah proses dari pengaruh
aktivitas individual atau kelompok dalam usaha mencapai prestasi pada situasi
biasa atau normal.[12]
Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengatur,
mempengaruhi, atau mengarahkan orang lain (dua orang atau lebih) untuk mewujudkan
tujuan yang telah di tetapkan dengan upaya yang maksimal dan kontribusi dari
masing-masing individu,[13]
2. Definisi
Kepemimpinan
Pasca
khalifaturrasidin, pengkafiran sesama
muslim makin marak. Persoalannya terletak pada siapa yang pantas menjadi khalifah (pemimpin)? Selain itu dan ini
menjadi kajian menarik adalah persyaratan apa saja yang harus ada pada diri
seorang khalifah dan apa misi yang
dibawa dan diemban oleh seorang khalifah di muka bumi ini? Banyak term yang digunakan al-Qur’an dalam
membahas tentang kepemimpinan, yaitu; al-Imam,
al-Khilaafah, Ulil Amri, dan al-Malik.[14]
Al-Imam
adalah
suatu istilah yang berarti pemuka, dipakai dalam berbagai aspek kehidupan.
Sejak awal istilah imam digunakan guna menyebut seseorang yang memimpin (amma)
salat berjama’ah diantara para partisipan (ma’mun). Ikatan yang demikian
erat dengan dimensi keagamaan kelihatannya menjadikan kurang dikaitkan dengan
politik, sebagaimana dapat dilihat dari penggunaan khalifah bukan imam
pada Abu Bakar dan penerusnya.
Istilah imam akhirnya mengalami perkembangan yang
cukup luas, tidak hanya digunakan sebatas dalam pemimpin spritual dan penegak
hukum, tapi lebih dari itu juga digunakan dalam ke-khalifahan
(pemerintahan) dan amirulmu’minin (pemimpin orang mukmin). Para ulama mengartikan Imam sebagai orang yang dapat
diikuti dan ditauladani serta menjadi orang yang berada di garda terdepan.
Rasulullah
adalah imamnya para imam, khalifah adalah imamnya rakyat, dan al-Qur`an adalah
imamnya kaum muslimin. Sesuatu yang dapat diikuti tidak hanya manusia, tapi
juga kitab. Kalau manusia, maka yang dapat ditauladani ialah perkataan dan
perbuatannya. Kalau kitab, maka yang dapat diikuti dan dipedomani adalah ide
dan gagasan-gagasannya.
Khalifah, dilihat dari segi bahasa akar katanya terdiri dari tiga
huruf yaitu kha`, lam dan fa. Kata khalifa yang berasal dari kata kerja khalafa berarti pengganti atau penerus. Dalam al-Qur’an
(al-Baqarah:30; Shad:26) kata khalifah mengacu kepada pengertian ”penerima
otoritas di atas bumi yang bersumber dari Tuhan”. Dengan demikian, pengertian
istilah khalifah sebagaimana lazimnya dipergunakan adalah merupakan produk
pengalaman umat setelah meninggalnya Nabi. Sebelum wafatnya, istilah khalifah
belum ada.[15]
Para
ulama, memaknai kata khalifah menjadi tiga macam arti yaitu mengganti
kedudukan, belakangan dan perubahan. Dalam al-Qur`an ditemukan dua bentuk kata
kerja dengan makna yang berbeda. Bentuk kata kerja yang pertama ialah khalafa-yakhlifu
dipergunakan untuk arti “mengganti”, dan bentuk kata kerja yang kedua ialah istakhlafa-yastakhlifu
dipergunakan untuk arti “menjadikan”.
Pengertian
mengganti dapat merujuk pada pergantian generasi ataupun pergantian jabatan
kepemimpinan. Tetapi ada satu hal
yang perlu dicermati bahwa konsep yang ada pada kata kerja khalafa
disamping bermakna pergantian generasi dan pergantian kedudukan kepemimpinan,
juga berkonotasi fungsional artinya seseorang yang diangkat sebagai pemimpin
dan penguasa di muka bumi mengemban fungsi dan tugas-tugas tertentu.
Jamak
dari kata khalifah ialah khalaif dan khulafa. Term ini
dipergunakan untuk pembicaraan dalam kaitan dengan manusia pada umumnya dan
orang mukmin pada khususnya. Sedangkan khulafa dipergunakan al-Qur`an dalam kaitan dengan pembicaraan
yang tertuju kepada orang kafir.
Ulul al-Amr, istilah ini terdiri dari dua kata yaitu; Ulu
artinya pemilik dan al-Amr artinya perintah atau urusan. Kalau kedua
kata tersebut digabung, maka artinya ialah pemilik kekuasaan. Pemilik kekuasaan
di sini bisa bermakna Imam dan Ahli al-Bait, bisa juga bermakna para
penyeru ke jalan kebaikan dan pencegah ke jalan kemungkaran, bisa juga bermakna
fuqaha dan ilmuan agama yang taat kepada Allah SWT.[16]
Al-Malik,
akar
kata nya terdiri dari tiga huruf, yaitu mim, lam dan kaf, artinya
ialah kuat dan sehat. Dari akar
kata tersebut terbentuk kata kerja Malaka-Yamliku artinya kewenangan
untuk memiliki sesuatu. Jadi term al-Malik bermakna seseorang yang
mempunyai kewenangan untuk memerintahkan sesuatu dan melarang sesuatu dalam
kaitan dengan sebuah pemerintahan. Tegasnya term al-Malik itu ialah nama
bagi setiap orang yang memiliki kemampuan di bidang politik dan pemerintahan.
Secara sederhana
kepemimpinan itu sendiri adalah kemampuan memperoleh consensus dan ketertarikan
pada sasaran bersama, melampaui syarat-syarat organisasi yang di capai dengan
pengalaman dan kepuasan di kelompok kerja.[17]
Menurut Hadari Nawawi: kepemimpinan adalah kemampuan
menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia
melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujaun (1993:81).
Kepemimpinan adalah perilaku seorang individu ketika iamengarehkan
aktifitas sebuah keleompok menuju suatu tujuan bersama.(menurut Hemphill &
Coons,1957:7)
Kepemimpinan adalah suatu jenis hubungan kekuasaan yang ditandai oleh
persepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai hak untuk
merumuskan pola perilaku dari anggota yang pertama dalam hubungannya dengan
kegiatannya sebagai anggota kelompok(Janda,1960:358)
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang mengarah yang dilakasanakan
melalui proses komunikasi,kearah pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan
tertentu(Tanenbaum,Weschler&Massarik,1961:24)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah
kelompok yang terorganisasi menuju pencapaian suatu tujuan(Roach & Behling
1984:46)
Dari pengertian di atas kita dapat simpulkan bahwa kepemimpinan yaitu
mengarahkan, mengkomunikasikan, merumuskan, mempengaruhi seseorang dalam
mencapai tujuan bersama.
3.
Dasar dan Karakteristik Kepemimpinan Islam
sebuah bangsa yang
sebelumnya besar dan beradab hancur dan tak berarti karena kerakusan,
keserakahan dan buruknya sikap mental
para pemimpinnya. Suatu contoh, hancurnya Daulah Umayyah dan Daulah
Abbasiyah, lebih disebabkan oleh karena penerus tahta mahkota kekhalifahan
berada di tangan-tangan pemimpin yang lemah dan tak bermoral. Hubbuddunnya (cinta dunia) lebih kentara
dan lebih lekat dibanding dengan hubbul-akhirah
(cinta akhirat).
Islam memberikan
dasar-dasar normatif dan filosofis tentang kepemimpinan yang bersifat komprehensip
dan universal. Tidak hanya untuk umat Islam tapi juga untuk seluruh umat
manusia. Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai berikut; pertama, hikmah, ajaklah manusia ke
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik lagi bijaksana (QS.
al-Nahl:125). Kedua, diskusi, jika
ada perbedaan dan ketidaksamaan pandangan, maka seorang pemimpin menyelesaikan
dengan diskusi dan bertukar pikiran (QS. al-Nahl:125).[18]
Ketiga, qudwah, kepemimpinan menjadi efektif
apabila dilakukan tidak hanya dengan nasihat tapi juga dengan ketauladanan yang
baik dan bijaksana (QS. al-Ahdzab:21). Pepatah mengatakan, satu ketauladanan
yang baik lebih utama dari seribu satu nasehat. Memang kesan dari sebuah
keteladanan lebih melekat dan membekas dibanding hanya sekedar nasehat seorang
pemimpin.
Keempat,
musyawwarah, adalah suatu bentuk pelibatan seluruh komponen masyarakat secara
proporsional dalam keikutsertaan dalam pengambilan sebuah keputusan atau kebijaksanaan (QS. Ali Imran:159, QS. As-Syura:38). Dengan
musyawwarah, maka tidak ada suatu permasalahan yang tak dapat diselesaikan.
Tentu dengan prinsip-prinsip bilhikmah
wamauidhatil khasanah yang harus dipegang teguh oleh setiap komponen
pemerintah atau imamah.
Kelima, adl,
tidak memihak pada salah satu pihak. Pemimpin yang berdiri pada semua kelompok
dan golongan, (QS.al-Nisa’:58&135, QS. al-Maidah:8) Dalam memimpin
pegangannya hanya pada kebenaran, shirathal
mustaqim (jalan yang lurus). Timbangan dan ukurannya bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits. Kecintaannya hanya karena Allah dan kebencian
pun hanya karena Allah. Hukum menjadi kuat tidak hanya saat berhadapan dengan
orang lemah, tapi juga menjadi kuat saat berhadap-hadapan dengan orang kuat.
Keenam,
kelembutan hati dan saling mendoakan. Kesuksesan dan keberhasilan Rasulallah
dan para sahabat dalam memimpin umat, lebih banyak didukung oleh faktor
performa pribadi Rasul dan para sahabat yang lembut hatinya, halus perangainya
dan santun perkataannya. Maka Allah SWT menempatkan Muhammad Rasulallah sebagai
rujukan dalam pembinaan mental dan moral sebagaimana firmannya, ”Laqad kana
lakum fi Rasulillahi uswatun hasanah” (Sungguh ada pada diri Rasul suri
tauladan yang baik), (QS. al-Ahdzab:21 dan al-Qalam:10).
Ketujuh,
dari prinsip dasar kepemimpinan Islami adalah kebebasan berfikir, kreativitas
dan berijtihad. Sungguh amat luar biasa, sepeninggal Rasulallah para sahabat
dapat menunjukkan diri sebagai sosok pemimpin yang mandiri, kuat, kreatif dan
fleksibel.
Kedelapan,
sinergis membangun kebersamaan. Mengoptimalkan sumber daya insani yang ada.
Hebatnya Rasulullah salah satunya adalah kemampuan beliau dalam mensinergikan
dan membangun kekuatan dan potensi yang dimiliki umatnya. Para sahabat dioptimalkan
keberadaannya. Keberbedaan potensi yang dimiliki sahabat dan umat dikembangkan
sedemikian rupa, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang tangguh baik mental
maupun spritualnya.
Berbagai misi
kenegaraan dipercayakan Rasulallah kepada para sahabatnya seperti misi ke
Habasyah, Yaman, Persia dan Rumawi.
Muncullah sosok-sosok sahabat seperti Abu Dzar Al-Ghifari, Mu’adz bin
Jabal, Salman al-Farisi dan Amr bin Ash. Dalam usia yang relatif muda, mereka
sudah memimpin berbagai ekspedisi kenegaraan dan berbagai pertempuran penting.
Dalam
menjalankan suatu roda kepemimpinan dalam islam, seorang pomimpin harus
memiliki dasar dan karakter dalam memimpin sehingga dalam penerapan
kepemimpinannya tidak melenceng dengan aturan-aturan yang telah di atur dalam
agama islam adapun dasar dan karakteristik Sebagai
pemimpin minimal harus memenuhi empat criteria sebagai mana di jelaskan dalam
surah Al-maidah, ayat 55 :
رَاكِعُونَ ÙˆَÙ‡ُÙ…ْ الزَّÙƒَاةَ ÙˆَÙŠُؤْتُونَ الصَّÙ„َاةَ
ÙŠُÙ‚ِيمُونَ الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا ÙˆَالَّØ°ِينَ ÙˆَرَسُولُÙ‡ُ اللَّÙ‡ُ ÙˆَÙ„ِÙŠُّÙƒُÙ…ُ Ø¥ِÙ†َّÙ…َا
Sesungguhnya penolong
kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).(QS: Al-Maidah Ayat: 55)
a. Beriman
kepada Allah, karena ulil amri adalah penerus kepemimpinan Rasul, sedangkan
Rasul SAW sendiri pelaksana kepemimpinan Allah SWT, maka tentu saja yang
pertama kali harus di miliki oleh penerus kepemimpinan beliau adalah keimanan (kepada
Allah, Rasulnya dan rukun iman yang lainnya) tanpa keimanan bagaiman mungkin
dia dapat di harapkan memimpin umat
menempuh jalan Allah SWT di atas permukaan bumi
b. Mendirikan
shalat adalah ibadah vertical langsung kepada Allah SWT, seorang pemimpin yang
mendirikan shalat di harapkan memiliki hubungan vertical yang baik dengan Allah
SWT, di harapkan nilai-nilai kemualiaan dapat tercermin di dalam ke
pemimpinnannya missal kejujuran, dimana ketika seorang imam batal (kentut)
dalam shalat maka dengan kejujurannya
imam tersebut mundur dari imam dan rela di gantikan oleh orang lain.
c. Membayar
Zakat adalah ibadah mahdhah yang merupaka symbol kesucian dan kepedulian
social, dimana dengan melaksanakan zakat berarti seorang pemimpin telah
membersihkan hartanya sehingga terhindar dari koropsi,kolusi dan nepotisme
(KKN), dan sedangkan bentuk kepedulian social dari zakat tersebut nerupakan
kepedulian seorang pemimpin kepada fakis miskin, kaum duafa dan sebagainya
d. Selalu
tunduk dan patuh kepada Allah SWT, dalam ayat di atas di sebutkan pemeimpin itu
haruslah orang yang ruku (wahum rakiun) ruku adalah kepatuhan secara mutlak
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang secara konkrit di manifestasikan dengan
menjadi seorang muslim yang kaffah
(totalitas ) baik dalam asfek aqidah, ibadah akhlak maupun muamalah.[19]
Adapun adalam referensi lain
mengungkapkan bahwa dasar kepemimpinan islam sebagai berikut :
1. Tidak
mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman, sebagin pemimpin bagi
orang-orang muslim karena bagaimanapun akan mempengaruhi lebih lanjut terhadap
kualitas keberagamaan rakyat yang di pimpinnya, dalam hal ini rasulullah SAW
bersabda : “keberegamaan rakyat tergantung keberagamaan pemimpinnya”
Allah SWT telah member patokan,
bagaimana kaum muslim dalam menggangkat pemimpinnya, dalam hal ini Allah SWT
berfirman :
“wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pelindung, pemimpin) dengan
meninggalkan orang-orang mu’min, apakah kamu ingin menjadikah hal itu sebagai
alasan bagi Allah SWT untuk meninmpakan sikasaan yang nyata” (Qs. Annisa, ayat
144)
Tidak boleh pula mengangkat pemimpin
dari orang-orang yang mempermainkan agama Islam dan kaum muslimin, Allah SWT
berfirman :
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat
agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang
telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik).
Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.(QS: Al-Maidah Ayat: 57)
2. Setiap
kelompok orang bahkan dalam kelompok lebih dari tiga orang di perlukan adanya
pemimpin, guna mencapai tujuan organisasi di samping memiliki anggota juga
harus mengangkat pemimpin sebagai penanggung jawab organisasi tersebut, Nabi
Muhammad SAW bersabda :
“jika
tiga orang berjalan dalam sutu perjalanan, angkatlah salah satu di antara
mereka sebagai pemimpin (HR. Abu Dawud)”
Ibnu taymiyah memberi komentar hadits di
atas, bahwa Rasululloh SAW mewajibkan mengangkat seorang pemimpin dalam satu
jama’ah yang begitu kecil, missal yang bersifat sementara dalam suatu
perjalanan, menurut Ibnu Taymiyah Allah SWT telah mewajibkan Amar ma’ruf dan
nahi munkar, hal itu tidak dapat terlaksana melainkan dengan kekuatan pemimpin.
3. Pemimpin
harus orang yang memiliki keahlian di bidangnya dan kehancuran jika menyerahkan
urusan umat kepada seseorang yang bukan ahlinya atau tidak memiliki kemampuan
untuk memimpin, sabda Nabi SAW :
“siapa
yang menyerahkan urusan kepada bukan ahlinya, tunggulah kehancurannya (HR.
Bukhori dan Muslim)”
4. Pemimpin
harus bias di terima (acceptable)
mencintai dan di cintai umatnya, mendoakan umat dan di doakan, sabda Nabi SAW :
“sebaik-baik
pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu nerdoa untuk
mereka dan mereka berdoa untuk kamu, seburuk-buruk pemeimpin adalah mereka yang
kamu benci dan membenci kamu, kamu
melaknati mereka dan mereka melaknati kamu (HR. Muslim)”
5. Mengutamakan
membela dan mendahulukan kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan
syari’at, berjuang menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan
dan fitnah.
6. Sehat
dan kuat, selain itu seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat Rasul SAW
yaitu benar (siddiq) terpercaya (amanah) dst
7. Bertanggung
jawab, sabda Nabi SAW :
“tiap-tiap kamu
menjadi pemimpin dan bertanggung jawab terhadap orang-orang yang kamu pimpin,
seorang imam (kepala Negara, pemuka) menjadi pemimpin dan bertanggung jawab
kepada rakyatnya, seorang suami menjadi peemimpin di lingkungan keluarganya,
dia bertanggung jawab kepada seluruhnya, seorang istri menjadi pemimpin dalam
rumah tangga suaminya, dia bertanggung jawab mengendalikannya, seorang pesuruh
(khadim) menjadi pemimpin dari harta
benda majikannya, dia bertanggung jawab mengamankannya, seorang anak menjadi
pemimpin harta benda ayahnya, dia bertanggung jawab memeliharanya, setiap kamu
menjadi pemimpin dan bertanggung jawab terhadap orang-orang yang kamu pimpin
(HR. Bukhori dan Muslim) ”
8. Melaksanakan
ketaatan kepada Allah SWT
9.Agar
urusan masyarakat berjalan dengan lancer
10. Bermusyawarah.[20]
Dalam
konsep lain dasara konseptual kepemimpinan islam melalui 3 pendekatan
1) Pendekatan
normative
Dimana
pendekatan ini bersumber langsung dari Al-qur’an dan Al Hadits yang memiliki
empat pokok
a. Prinsip
tangung jawab dalam organisasi
b. Perinsip
etika tauhid
c. Prinsip
keadilan
d. Prinsip
kesederhanaan
2) Pendekatan
historis
Dimana
pendekatan ini seorang pemimpin di haruskan meniru sitem kepemimpinan dalam
islam yang telah di contohkan ataupun di lakukan pada zaman, nabi,
khulafaurrasyidin, maupun para pemimpin islam yang lainnya
3) Pendekatan
teoritik
Ideology
islam adalah ideology yang terbuka, seorang pemipin bebas mengembangkan system
kepemimpinan yang telah di atur oleh islam dlam Al-Qur’an maupun Al-hadits sesuai
dengan tingkat kebutuhan masyarakat ataupun pemimpinnya itu sendiri.[21]
4.
Dasar
dan Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Islam
Istilah kepemimpinan pendidikan
mengandung dua pengertian, dimana kata pendidikan menerangkan di lapangan apa
dan di mana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekalaigus menjelaskan pula sifat
dan ciri-ciri kepemimpinan, yaitu bersifat mendidik dan membimbing. Sebagaimana
kata pendidikan yang menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
a. pendidikan
sebagai usaha atau proses pendidik dan mengajar seperti yang dikenal
sehari-hari.
b. pendidikan
sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakikat dan
kegiatan mendidik mengajar dari zaman ke zaman atau yang membahas
prinsip-prinsip dan pratik-praktik mendidik dan mengajar dengan segala
cabang-cabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam.
Dari dual hal tersebut, maka dapat
penulis jelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan pada dasarnya terdapat dan
berperan pada usaha-usaha yang berhubungan dengan proses mendidik dan mengajar
di satu pihak, dan pada pihak lain berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan
pendidikan sebagai satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya dan ilmu-ilmu
pembantu lainnya.
Kepemimpinan dalam lembaga
pendidikan sangat berperan penting dalam mengembangkan seluruh sumber daya yang
ada termasuk sumber daya manusia (SDM), oleh karena itu, para pakar pendidikan
mencoba mengartikan kepemimpinan pendidikan, yaitu:[22]
Nawawi (1994:82), mengatakan bahwa
kepemimpinan pendidikan adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan
motivasi, dan mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Untuk mewujudkan tugas terebut, setiap pimpinan pendidikan harus mampu bekerja
sama dengan orang-orang yang dipimpinnya untuk memberikan motivasi agar
melakukan pekerjaannya secara ikhlas.[23] Dengan
demikian, seorang pemimpin pendidikan harus memiliki jiwa kepemimpinan dalam
mengembangkan sumber daya manusia lembaga pendidikan.
Fachrudi (1983: 33), mengatakan
bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi,
mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan
dapat berlangsung lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran.
Sedangkan Assosiation of
Supervision and curiculum Development(ASCD), menyatakan bahwa kepemimpinan
pendidikan adalah tindakan atau tingkah laku di antara individu-individu dan
kelompok-kelompok yang menyebabkan mereka bergerak kearah tercapainya
tujuan-tujuan pendidikan yang menambahkan penerimaan bersama bagi mereka.[24]
Dari beberapa pendapat tersebut di
atas, tentang pengertian kepemimpinan pendidikan, maka dapat penulis simpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan seseorang
dalam mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan, memberikan motivasi dan
mengarahkan orang-orang dalam lembaga pendidikan agar pelaksanaan pendidikan
dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa
manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin.
Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai
petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya
serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan
upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk
mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan
tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen
atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan
manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk
menjadi seorang pemimpin.
Dengan demikian, dalam pandangan
penulis bahwa kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di
antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan
anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin
tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga
dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga
terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan
bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa
pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya,
karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin
dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Pemimpin pada hakikatnya adalah
seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di
dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaaan adalah kemampuan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakannya. Semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi
pemimpin, maka makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.[25]
Dengan demikian, penulis beranggapan bawah makin efektifnya kepemimpinan
seseorang, maka kesuksesan dalam mencapai cita-cita semakin terbuka lebar.
Dalam hal ini, seorang pemimpin benar-benar mampu mempengaruhi bawahannya dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Dengan
menyebutkan “ kepemimpinan pendidikan”, maka disamping menjelaskan dimana
kepemimpinan itu berada dan berperan, tambahan kata “pendidikan” dibelakang
kata “kepemimpinan” hendaknya menampakkan pula sifat-sifat atau cirri-ciri
khusus kepemimpinan yang bersifat mendidik, membimbing, dan mengemong tetapi
bukan memaksa dan menekan dalam bentuk
apapun. Adapun Ciri-ciri dari seorang pemimpin dalam
kepemimpinan pendidikan islam itu sendiri antara lain:
1) Memiliki pengetahuan dan kemampuan
yang cukup untuk mengendalikan lembaga atau organisasinya
2) Memfungsikan keistimewaannya yang
lebih di banding orang lain
3) Memahami kebisaan dan bahasa orang
yang menjadi tanggung jawabnya
4) Mempunyai karisma atau wibawa
dihadapan manusia atau orang lain
5) Bermuamalah dengan lembut dan kasih
sayang terhadap bawahannya, agar orang lain simpatik kepadanya
6) Bermusyawarah dengan para pengikut
serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka
7) Mempunyai power dan pengaruh yang
dapat memerintah serta mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan control
pengawasan atas pekerjaan anggota, meluruskan keliruan, serta mengajak mereka
untuk berbuat kebaikan dan mencengah kemungkaran
8) Bersedia mendengar nasehat dan tidak
sombong, karena nasehat dari orang yang ikhlas jarang sekali kita peroleh[26]
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk dan pegawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan
kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan
terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemempuan mengambil
keputusan dan kemempuan berkomunikasi. kepribadian kepala sekolah sebagai
leader tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggungjawab, berani
mengambil resiko, dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, teladan.,Memiliki
kepribadian yang kuat, Memahami semua personalnya yang memiliki kondisi
yang berbeda, begitu juga kondisi siswanya berbeda dengan yang lainnya,
Memiliki upaya untuk peningkatan kesejahteraan guru dan karyawannya
Sehingga
untuk mencapai tujuan yang akan di capai oleh seorang pemimpin dan aggotanya
seorang pemimpin setidaknya memiliki tujuh karakteristik kepemimpinan profetik
yang bisa saya uraikan pada tulisan ini, yaitu antara lain :
a)
Memiliki karakter shidiq (jujur). Kepemimpinan profetik
mengedepankan integritas moral (akhlak), satunya kata dan perbuatan, kejujuran,
sikap dan perilaku etis. Sifat jujur merupakan nilai-nilai transedental yang
mencintai dan mengacu kepada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT (Shiddiq)
dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Perilaku pemimpin yang
"shiddiq" (shadiqun) selalu mendasarkan pada kebenaran dari
keyakinannya, jujur dan tulus, adil, serta menghormati kebenaran yang diyakini
pihak lain yang mungkin berbeda dengan keyakinannya, bukan merasa diri atau
pihaknya paling benar.
b)
Memiliki karakter amanah. Kepemimpinan profetik
mengahadirkan nilai-nilai bertanggungjawab, dapat dipercaya, dapat diandalkan,
jaminan kepastian dan rasa aman, cakap, profesional dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya. Karakter tanggungjawab, terpercaya atau trustworthy (amanah) adalah sifat pemimpin yang
senantiasa menjaga kepercayaan (trust) yang diberikan orang lain. Karakter
amanah dapat menajamkan kepekaan bathin seorang pemimpin untuk bisa memisahkan
antara kepentingan pribadi dan kepentingan publik/organisasi.
c)
Memiliki karakter tabligh. Kepemimpinan
profetik menggunakan kemampuan komunikasi secara efektif, memiliki visi,
inspirasi dan motivasi yang jauh ke depan. Seorang pemimpin itu memerlukan
kemampuan komunikasi dan diplomasi dengan bahasa yang mudah dipahami,
diamalkan, dan dialami orang lain (tabligh). Sosok pemimpin (seperti karakter
nabi dan rasul) bahasanya sangat berbobot, penuh visi dan menginspirasi orang
lain.
d)
Memiliki karakter fathanah
(cerdas). Kepemimpinan profetik itu mempunyai kecerdasan, baik intelektual,
emosional maupun spiritual, kreativitas, peka terhadap kondisi yang ada dan
menciptakan peluang untuk kemajuan. Sosok pemimpin itu harus cerdas, kompeten,
dan profesional (fathanah). Pemimpin yang mengacu sifat fathonah nabi adalah
pemimpin pembelajar, mampu mengambil pelajaran/hikmah dari pengalaman, percaya
diri, cermat, inovatif tetapi tepat azas, tepat sasaran, berkomitmen pada
keunggulan, bertindak dengan motivasi tinggi, serta sadar bahwa yang dijalankan
adalah untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama yang akan dicapai dengan
cara-cara yang etis.
e)
Memiliki karekter istiqamah (konsisten/teguh pendirian).
Kepemimpinan profetik mengutamakan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement
(Istiqamah). Pemimpin yang istiqamah adalah pemimpin yang taat azas
(peraturan), tekun, disiplin, pantang menyerah, bersungguh-sungguh, dan terbuka
terhadap perubahan dan pengembangan.
f)
Memiliki karakter mahabbah (cinta, kasih-sayang).
Kepemimpinan profetik mengutamakan ajaran cinta (mahabbah) bukan kebencian dan
pemaksaan. Karakter pemimpin profetik selalu peduli (care) terhadap moral dan
kemanusiaan, mudah memahami orang lain/berempati, suka memberi tanpa pamrih
(altruistik), mencintai semua makhluk karena Allah, dan dicintai para
pengikutnya dengan loyalitas sangat tinggi.
g)
Memiliki karakter shaleh/ma'ruf (baik, arif, bijak).
Kepemimpinan profetik adalah wujud sebuah ketaatan kepada Allah dan
mendarmabaktikan dirinya untuk kesalehan, kearifan dan kebajikan bagi
masyarakatnya. Ketaatan dan keshalehan para nabi atau rasul berpedoman pada
wahyu dan mu'jizat dari Allah. Karakter shaleh/arif dapat melahirkan pesona
kharismatik yang merupakan ilham dari ilahi, yang terpancar pada permukaan
kulit, tutur kata, pancaran mata, sikap, tindakan, dan penampilan. Seorang
pemimpin yang shaleh mempunyai kualitas kepribadian individu yang utuh sehingga
menyebabkan orang lain menaruh simpati, percaya dan menganut apa yang
diinginkannya. Pemimpin shaleh berarti pemimpin yang dirinya diakui pengikut,
karena ketaatannya kepada Allah.
5. Perbadaan
Kepemimpinan Islam dengan Kepemimpinan Pendidikan Islam
Untuk mencara suatu perbedaan dalam konsep kepemimpinan dalam Islam
sangatlah minim dalam menentukan suatu perbedaan di karenakan aturan dan
dasar-dasara yang di pakai oleh system kepemimpinan islam dan kepemimpinan
pendidikan islam, relative sama yaitu bersumber dari Al-qura’an dah hadits oleh
karena itu kami mencoba untuk membedakan kepemimpinan islan dari segi dasr
penerapan dari kedua lembaga Islam tersebut adapun perbedaan yang signifikan
dalam kepemimpinan Islam dengan kepemimpina pendidikan Islam yaitu :
a.
Kepemimpinan islam dasar
penekanannya pada figure yang di miliki oleh seorang pemimpin, untuk di tiru
oleh kalangan masyarakatnya.
b.
Kepemimpinan pendidikan islam
dasar penekanannya lebih condong bersifat mendidik dan membimbing
c.
Dasar Kepemimpinan islam lebih
menekankan bagaimana menumbuhkan kreatifitas dan produktifitas yang di miliki
oleh SDMnya
d.
Dasar kepemimpinan pendidikan
islam lebih menekankan pada peningkatan ilmu pengetahuan.
Sehingga seorang pemimpin hendaklah memiliki
keimanan yang kuat dan senantiasa memihak kepada kepentingan rakyat, menegakkan
keadilan dan kebenaran, memberantas ketertinggalan sosial dan ekonomi, sehigga
tidak adanya lagi penindasan yang terjadi, dapat mengembalikan jatidiri dan
martabat kemanusiaan sebagai mahluk mulia di sisi Allah SWT, dengan menjaga
persaudaraan meskipun hidup dalam pluralisme, dengan mengembangkan pemberdayaan
sumber daya manusia, sehingga penindasan dan kebodohan dapat terhindarkan.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Islam
memberikan dasar-dasar normatif dan filosofis tentang kepemimpinan yang
bersifat komprehensip dan universal. Tidak hanya untuk umat Islam tapi juga
untuk seluruh umat manusia. Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam adalah
sebagai berikut; pertama, hikmah, Kedua, diskusi,Ketiga, qudwah,Keempat,
musyawwarah, Kelima, adl,
Keenam, kelembutan hati dan saling
mendoakanKetujuh, dari prinsip dasar
kepemimpinan Islami adalah kebebasan berfikir, kreativitas dan berijtihadKedelapan, sinergis membangun kebersamaan
kepemimpinan
hendaknya menampakkan sifat-sifat atau cirri-ciri khusus kepemimpinan yang
bersifat mendidik, membimbing, dan mengemong tetapi bukan memaksa dan menekan
dalam bentuk apapun. Adapun Ciri-ciri dari seorang pemimpin dalam
kepemimpinan pendidikan islam itu sendiri antara lain: Memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaga atau
organisasinya,Memfungsikan keistimewaannya, Memahami kebisaan dan bahasa orang
yang menjadi tanggung jawabnya, Mempunyai karisma atau wibawa dihadapan
manusia atau orang lain, Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang
terhadap bawahannya, agar orang lain simpatik kepadanya, Bermusyawarah dengan
para pengikut serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka, Mempunyai power
dan pengaruh, meluruskan keliruan, serta mengajak mereka untuk berbuat kebaikan
dan mencengah kemungkaran, Bersedia mendengar nasehat dan tidak sombong,
DAFTAR PUSTAKA
Andrew J, Dubrin, 2005, the complete ideal’s guides leadership.
Tjr : tri wibowo budi santoso, jakarta :prenada
As-suwaid, thariq muhammad.2005.shina’atu Al-Qoid. Trj : samson rahman, sukses menjadi pemimpin islam, jakarta
: maghfiroh pustaka.
Bass, bernard M. 1974, bass and
stogdil’s handbook of leadership, theory research, and managerial aplications,
new york : A division of macmillan publishing Co. Inc.
Carles J, Keating. 2003, the leadership book’s, tjr. A,M,
mangunhardajana, yogyakarta, kanisius,
Hadari,nawawi,2003, kepemimpinan mengefektifkan organisasi,
yogyakarta : gadjah mada university press
Hersey, paul dan blanchard, kenneth H.
1972, management of organizational behavior, utilizing human resource, new
jersey : prentice-hall.
Iqbal,
2002, Negara Ideal Menurut Islam, Jakarta : Ladang Pustaka & Intimedia
Mar’at, 1985, Pemimpin
dan Kepemimpinan, Jakarta : Ghalia Indonesia
Marno, Triyo Supriyatno.
2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung:
Refika Aditama
Moedjiono Imam, 2002,
kepemimpinan dan keorganisasian, Yogyakarta: UII Pres
Mas’ud abdurrahman.2004, the pesantren architects and their
socio-religious teaching, edisi indonesia : intelektual pesantren, perhelatan agama dan tradisi. Yogyakarta :
LKIS
Nanang
Fattah, 2009,Landasan Manajamen Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,
Nasution
Harun, 1992, Insiklopedi Islam Indonesia,
, Jakarta, Djambatan
Qomar
Mujamil, 2007, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga,
Rivai
Veithza, 2004, Kiat Memimpin Abad 21,Jakarta
: PT Raja Grafindo,
___________dan Arifin
Arlian, 2009,Islamic leadership (membangun super leadership melalui kecerdasan
spiritual), Jakarta : PT Bumi Aksara
____________dan Mulyadi
Dedy , 2011, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi , Jakarta : PT Raja Grafindi
Persada
Syafaruddin, 2005Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat
: Ciputat Press
Sulthon, M,. Dan
khusnurridlo. M, 2006, manajemen pondok
pesantren dalam perspektif global, yogyakarta : LaksBang Pressindo
Tim direktorat jendral
pembinaan kelembagaan agama islam/direktorat pendidikan keagamaan dan pondok
pesantren. Profil pondok pesantren mu’adalah, jakarta, direktoral jendral
kelembagaan agama islam/direktorat pendidikan keagamaan dan pondok pesantren
departemen agama
Wibowo, 2002, SHOOT, Sharpening our Concept and Tools, Bandung : PT Syamil Cipta Media,
Wahjosumidjo, 2005,
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Prmasalahannya, Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Yulk, 2002, leadership in organizations. New york : prentice hall
Sinn, ahmad Ibrahim abu. 2006, manajemen
syari’ah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
ORIENTASI KEPEMIMPINAN DALAM MEMPERHATIKAN KREATIFITAS
MASYARAKAT
Oleh : Ati Nok Sumiyati
A. Pendahuluan
Salah
satu wujud adanya kelangsungan hidup manusia dalam berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat adalah berkat adanya pemimpin yang bisa di andalkan dan mampu
memberdayakan masyarakat untuk mencapai kemajuan organisasi. Untuk itu
diperlukan adanya pemimpin yang mapu memberdayakan kreatifitas masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan. Dan untuk bisa
memberdayakan kreatifitas masyarakat di perlukan seorang pemimpin yang memiliki
enam keunggulan yakni, responsif, organisatoris, Qur’anis, inovatif, dan
berbobot dalam arti memiliki kelebihan di atas rata-rata.
Untuk
lebih jelas tentang kajian orientasi kepemimpinan dalam memperhatikan
kreatifitas masyarakat penulis uraikan secara sistematis berikut ini.
B. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah merefleksikan suatu proses, dimana seseorang mempengaruhi orang lain
atau kelompok dengan memberikan petunjuk dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan
serta hubungan di dalam suatu kelompok atau organisai.[27]
Kepemimpinan
merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan hal-hal yang
diinginkan dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.[28]
Dari
kedua definisi kepemimpina tersebut di
atas, penulis simpulkan sebagai berikut : kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi orang lain untuk mengerti dan setuju kepada apa yang di butuhkan
untuk di kerjakan dan sebagaimana yang dapat di kerjakan secara efektif, serta
proses memfasilitasi upaya-upaya seseorang atau kelompok untuk menyelesaikan
tujuan bersama dengan sebaik-baiknya.
C. Orientasi Memperhatikan Kreativitas Masyarakat
Dengan
berorientasi memperhatikan kreatifitas masyarakat yang dipimpin, seorang
pemimpin akan berhasil untuk mencapai tujuan yang ia kehendaki, untuk itu
seorang pemimpin harus berorientasi kreativitas masyarakat untuk menggali
potensi yang ada dan di perdayakan untuk mencapai tujuannya.
Adapun
langkah-langkah untuk memberdayakan kreatifitas masyarakat yang di pimpin
adalah sebagai berikut :
1.
Responsif (tanggap)
terhadap potensi (kemampuan) yang di miliki oleh masyarakat, sehingga sumber
daya manusia (SDM) yang ada dapat dapat di manfaatkan untuk kemajuan bersama,
dan perlu di ketahui bahwa bakat (skill) seseorang tidak sama. Dan tidak perlu
menyingkirkan seseorang ketika kemampuan atau bakat seseorang yang di anggap
kurang populer (tidak disukai), karena perbedaan bakat yang ada itu memang
sudah menjadi kehendak Allah agar kehidupan dapat berjalan dengan seimbang,
sebagimana firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-hujarat ayat : 13.
“ Hai manusia
sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa di antara kamu sesungguhnya Allah maha mengetahui
dan maha mengenal.[29]”
2.
Optimis (yakin
berhasil)
Seorang
pemimpin harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk
mewujudkan cita-cita yang ingin di capai (Man
Jadda wa jadda,) barang siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil. Menurut
Eko maulana ali, seorang pemimpin yang optimis memiliki kepercayaan diri yang
sangat tinggi. Pemimpin yang demikian selalu berfikir positif dan prospektif
serta tidak ada kamus berputus asa dalam dirinya. Bagi dia kesulitan dan
tangtangan adalah proses untuk mencapai keberhasilan.[30]
Hal inisebagaimana firman Allah swt dalam Al-qur’an surah Al-Insyiroh (5-6)
“karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(5) sesungguhnya sesudad kesulitan itu ada kemudahan (6).[31]”
Dalam surah Ar-Ra’d (11)
“sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.[32]”
3.
Qur’ani (Islami)
Secara
umum model kepemimpinan dalam islam yang di praktikan Nabi Muhammad SAW
tercermin dari sikap dan perilaku sesuai Al-Qur’an. Perilaku tersebut yang
menjadi sumber keteladanan kepemimpinan bagi umat Islam. Keteladanan Rasulullah
SAW tercermin dari sifat-sifat beliau : siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah,
inilah karakteristik yang sekaligus merupakan sifat kepemimpinan Rasulullah SAW
:
a.
Siddiq artinya
jujur, tulus
b.
Amanah artinya
dapat di percaya
c.
Tabligh artinya
menyampaikan apa yang seharusnya di sampaikan
d.
Fathonah artinya
cerdas
Keempat karakteristik dan sifat dasar tersebut
telah memberikan cahaya kepada Rosulullah sehingga beliau dapat menjadi
pemimpin umat dengan sifat kepemimpinan yang paripurna.[33]
Banyak
kekuasaan (imoerium) kepemimpinan yang
tidak Islami (yang pertentangan dengan al-Qur’an) seperti pada zaman Raja
Fir’aun, Naji jerman, Radovan Karajic dalam menghamcurkan komunitas muslim di
bosnia, PKI di Indonesia, pembersihan komunitas muslim di pulau Mindanao
(Philipina), gerakan anti Islam di rohingya burma.
Kepemimpinan
yang tidak sesuai ajaran al-Qur’an adalah bathil dan setiap kebathilan pasti
akan hancur, sebagaimana Firman Allah dalam surah al-Isra’ : 18
“dan katakanlah, yang benar telah datang dan bathil telah
lenyap, sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.[34]”
4.
Inisiatif yang
Inovatif
Pemimpin yang memiliki sense of efficacy (kemujaraban) dan sense of responsibility yang tinggi terhadap tugas yang di emban.
Dia selalu mencari terobosan-terobosan baru menciptakan peluang-peluang baru,
menggali potensi umat yang di pimpin dan proaktif untuk meraih perubahan yang
lebih baik,
Menurut
Eko Maulana Ali pemimpin yang inovatif tidak segan-segan untuk merubah
kebiasaan di lingkungan kerja, memotong jalur birokrasi dengan menyederhanakan
prosedur, memperbaiki atau menyempurnakan aturan-aturan sesuai tantangan dan
peluang yang dihadapi guna menciptakan kemungkinan masa depan organisasi atau
perusahaan yang lebih baik.[35]
5.
Berbobot, dalam
arti memiliki keunggulan rohani dan
jasmani diatas rata-rata masyarakat yang dipimpin. Yakni keunggulan dalam
rohani meliputi : keluhuran budi pekerti, ketinggian moralitas, kesederhanaan
watak. Dan adapun kelebihan dalam bidang jasmaniah meliputi badan dan fisik
yang sehat dan memungkinkan untuk jadi contoh dalam prestasi kerja sehari-hari.[36]
D. Contoh-contoh pemimpin yang di kagumi dan di idolakan
masyarakat
1.
Nabi Muhammad SAW
Rasululloh
SAW, adalah seorang pemimpin yang memiliki kharismatik yang besar dan seorang
yang memiliki jiwa inovatif yang mampu merubah masyarakat jahiliyah menjadi
masyarakat yang beradab, masyarakat yang pasif menjadi masyrakat yang kreatif,
masyarakat yang ganas atau kejam menjadi masyarakat yang santun dan lemah
lembut. Hal ini karena prilaku beliau merupakan perilaku wahyu ilahi, hal ini
membuat Rasulullah SAW sukses memimpin dari kegelapan menajadi terang benderang
dengan sifatny yang arif bijaksana yang selalu menjadi uswah bagi umatnya
sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS 33 : 21, sebagai berikut :
“sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasululloh itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.[37]”
Dengan uswahnya, beliau berhasil membangun masyarakat
madani dan saling kasih sayang sesama masyarakat.
2.
Kepemimpinan
Al-khulafa’al-rosyidin.
Khulafaur
Rasyidin adalah bukti dari suksesnya kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam
membangun peradaban dalam dunia. Rasululloh SAW tidak pernah berwasiat tentang
sistem pergantian kepemimpinan.
Begitu
juga Al-qur’an tidak memberi petunjuk secara jelas bagaimana sistem suksesi
kepemimpinan di lakukukan, kecuali hanya prinsip-prinsip umum yaitu umat islam
menentukan urusannya melalui musyawarah.[38]
Keberhasilan
generasi para sahabat juga tidak lepas dari generasi sebelumnya yang telah di
letakkan pondasi sebelumnya oleh Rasululloh SAW, yang terdapat pada
kepemimpinan khulafaur Rasyidin, salah satu diantaranya adalah Khalifah Usman
bin Affan (23-35 H/ 644-656 M), nama lengkapnya Usman ibnu Affan Abdil As ibn
Umaiyah dari suku quraisy beliau memeluk islam lantaran Abu Bakar dan pernah
menjadi sekertaris Rasululloh SAW menuliskan wahyu dan di zaman Abu Bakar
beliau menjadi penasehat khalifah di bidang sosial dan keagamaan dan beliau
menyusun kembali Al-qur’an yang ada pada Hafsah dan menyeragamkannya dalam
bahasa Quraisy agar tidak terjadi perselisihan antara umat di kemudian hari.
Khalifah
Usman bin Affan merupakan salah satu pemimpin yang lemah lembut yag sangat
memperhatikan rakyatnya. Beliau suka mengadakan pendekatan persuasif jika
terjadi gejolak situasi negara pada ,asa Usman bin Affan benar-benar sudah aman
kemakmuran sudah tercapai di segenap lapisan masyarakat.[39]
3.
Kepemimpinan di
Indonesia
a.Gusdur (KH.
Abdurrahman Wahid)
Pemimpin
bangsa tidak hanya sebagai seorang politisi, tetapi juga seorang Negarawan
sifat kepemimpinan yang demikian di temukan dalam soso presiden keempat
Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau akrab di panggil Gusdur.[40]
Menurut
Muhammad AS Hikam, sebagai sorang pemimpin Gusdur itu lengkap, kata mantan
ketua mahkamah konstitusi Mahfud MD saat menjadi pembicara dalam seminar
bertema Role Model Pemimpin dan Guru Bangasa, serta bedah buku Gusdurku, Gusdur anda, Gusdur kita karya
Muhammad AS Hikam di bentara budaya jakarta, sabtu (2/11/2013). Acara tersebut
di selenggarakan Ikatan Alumni lembaga ketahanan Nasional (Lemhamnas) program
pendidikan singkat angkatan XVII dama rangka memperingati hari sumpah pemuda.
Turt hadir sebagai pembicara Guru besar
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis Suseno, menteri negara
pendayagunaan aparatur negara pada kabinet pembagunan VI (1993-1998), letnan
jendral (purn) TB Silalahi, serta pengusaha Chaerul Tanjung, selain itu hadir
juga ketua Umum Ikata Alumni LemhannasmAgum Gumelar dan pengarang Muhammad AS
Hikam.
Mahfud,
yang menjabat Menteri pada era pemerintahan Gusdur, mengatakan, buku yang di
tulis Hikam memberikan gambaran menganai sosokmGusdur. Di dalam diri Gusdur
tampak jelas sikap sebagai seorag politisi dan negarawan. Politisi itu maunya
menang-menangan, sementara negarawan maunya benar-benaran, ujarnya.
Gusdur
menunjukkan sikap sebagai politisi, kenang Mahfud, saat beliau menghadapi
desakan sejumlah elit politik pada tahun 2001 agar kabinet di rombak. Kabinet
lalu di bentuk lagi dengan campur tangan sejumlah elit politik tersebut
imbalannya gusdur tidak akan di jatuhkan dari jabatannya sebagai presiden.
Sebagai politisi gusdur tidak mau kalah karena menilai perombakan itu inkonstusional katanya.
Namun
dusdur juga bisa tampil sebgai seorang Negarawan, hal itu di junjukkan gusdur
menjelang sidang istimewa MPR pada tahun 2001, saat itu, ada kelompok yang
menjamin gusdur tidak akan di turunkan sebagai presiden asalkan beliau mau
mengubah dasar negara Indonesia yaitu Pancasila gusdur menolak keras permintaan
itu, beliau mengatakan lebih baik mundur dari pada harus merubah Pancasila
sebagai dasar Negara, tutur Mahfud.
TB
Silalahi menyebut Gusdur sebagai seorang tokoh nasional sekaligus negarawan,
meskipun bukan orang tang sempurna, gusdur masih tepat di sebut sebagai bapak
bangsa, gusdur adalah pemimpin yang melindungi semua golongan masyarakat,
etnis, ras, dan agama, katanya.
Hal
yang sama di kemukakan Chairul Tanjung meski mengaku tidak mengenal gusdur beliau
mengatakn, saya percaya Tuhan memberi pemimpin sesuai dengan zamannya. Gusdur
diberi peran yang luar biasa dalam mengedepankan pluralisme dan
multikulturalisme.
Apa
yang dilakukan gusdur saat menjadi presiden umat bermanfaat bagi perjalanan
bangsa indonesia hingga sekarang. Menghargai pemimpin. Hikam mengatakan sengaja
menulis buku tentang gusdur agar bangsa indonesia belajar menghargai
pemimpinnya. Beliau mengumpulkan berbagi tulisan mengenai gusdur dan membuat
perpustakaannya, hal semacam ini dilakukan oleh bangsa-bangsa yang berdab,
ujarnya.
Mengutip
pernyataan franz magnis Suseno dalam kata pengantar bukunya, Hikam mengatakan,
tidak banyak pemimpin di Indonesia yang memiliki jiwa kenegarawan. Salah satu
pemimpin yang memiliki jiwa kenegaraan adalah gusdur. Pemimpin kedepan menurut
Magnis Suseno, harus memiliki visi, semangat, dan keberanian, pemimpin juga
harus memiliki integritas dan bisa memimpin secara demokratis.
Jangan
memilih pemimpin yang emosional, tetapi yang ikhlas, jangan berharap pada orang
yang suka mencari pencitraan, tetapi lihat apa yang di lakukannya, kita perlu
seorang pemimpin yang berani tidak populer, ujar Magnis Suseno dan Agum Gumelar
dama sambutannya mengatakan Gusdur adalah pemimpin yang berjiwa besar, mari
kita ambil kelebihannya dan kita tinggalkan kekurangannya untuk pemimpin 2014.
E.
KESIMPULAN
Untuk bisa memberdayakan kreativitas masyarakat perlu
adanya langkah-langkah kepemimpinan yang dapat menggali potensi bakat,
kemampuan yang ada pada masyarakat di perlukan adanya pemimpin yang berkarakter
:
1.
Responsive : yakni
memiliki kemampuan merespon potensi yang ada pada masyarakat
2.
Optimis : pemimpin
harus optimis yakni bahwa potensi yang ada dapat di perdayakan untuk di
manfaatkan dalam memajukan suatu organisasi
3.
Qur’ani : adanya kebijakan
kepemimpinan yag tidak merugikan masyarakat, yakni untuk Rahmatan Lilalamin
sesuai tuntutan Alqur’an
4.
Inisiative : pemimpin
harus punya inisiative (langkah-langkah) yang konstruktif ada hubungannya
(urgenitas) dengan potensi dan kondisi pada zamannya.
5.
Berbobot : walaupun
kepemimpinan telah memiliki keempat karakter (responsive, optimisme, qur’ani,
dan inisiative) kesemuanya tidak bisa jalan tanpa adanya pemimpin yang berbobot
(berkualitas secara rohani dan jasmani) maka di perlukan adanya kepemimpinan
yang memiliki kelebihan diatas rata-rata karakter masyarakat, seperti Nabi
Muhammad SAW, Khulafa’ur Rasyidi, dan Gusdur.
Nabi
Muhammad itu menyetarakan manusia atau pada posisi yang sejajar tetapi akhlak
tetap pada tataran yang di ajarkan oleh Nabi (Dr.Muhammad Rokib, M.Ag)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Arifin,1971, Teori Pengenbangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja, Jakarta :
Barata
Ali Eko Maulana, 2013, Kepemimpinan Integratif dalam Konteks Good Govermenance, Jakarta :
PT Multi Cerdas
Saifuddin Muhammad, 2010, Al-qur’anul Karim Terjemah Tafsir Perkata, Bandung : Sygma.
M.P. Muhammad Ngalim Purwanto, 1998, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet.VIII, Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Stoner James A.F, 1982, Management, Secont Editions, Prentice Hall International, Inc
Ridwan, 2008, teori
kepemimpinan, makalah di sampaikan pada pelatihan keemimpinan mahasiswa (PKM)
BEM STAIN Purwokerto.
Robert J, Thierauf, Robert C, Klekamp, Daniel W, Gedding,
1997, Management Principle and Practices
: A Contigency and Questionnare Approach. New York : John Willey & Son
Sondang P, Siagian M.P.A. 1971, Filsafat Administrasi, cet.II, Jakarta : Gunung Agung
Stephen J, Carrol & Henry L, Tosy, 1977, Organizational Behavior, New York : John
Willey & Son
Sutarto, 1986, Dasar-dasar
Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
[1] Veithza Rivai,Kiat Memimpin
Abad 21,(Jakarta : PT Raja Grafindo,2004 ),hal.64
[3] nawawi Hadari, kepemimpinan
mengefektifkan organisas,( yogyakarta : gadjah mada university press, 2003)hal,21
[4] Ibid hlm. 20
[5] J, Dubrin Andrew, the
complete ideal’s guides leadership. Tjr : tri wibowo budi santoso, (jakarta :prenada, 2005) hal 4
[6] thariq muhammad. As-suwaid, shina’atu
Al-Qoid. Trj : samson rahman, sukses
menjadi pemimpin islam, (jakarta : maghfiroh pustaka,2005). Hal.42
[7] J, Keating Carles. the
leadership book’s, tjr. A,M, mangunhardajana, (yogyakarta, kanisius, 2003) hal 9
[8] Tim direktorat jendral pembinaan kelembagaan agama islam/direktorat
pendidikan keagamaan dan pondok pesantren. Profil pondok pesantren mu’adalah,
jakarta, direktoral jendral kelembagaan agama islam/direktorat pendidikan
keagamaan dan pondok pesantren departemen agama, 2004 hal.62
[9] Mas’ud abdurrahman. the
pesantren architects and their socio-religious teaching, edisi indonesia : intelektual pesantren, perhelatan agama dan
tradisi.(Yogyakarta
: LKIS,2004) hal. 24
[10]M. Sulthon. Dan M khusnurridlo. manajemen
pondok pesantren dalam perspektif global, (yogyakarta : LaksBang Pressindo. 2006)hal,39
[11] bernard Bass, M, bass and
stogdil’s handbook of leadership, theory research, and managerial aplications, (new york : A division of
macmillan publishing Co. Inc. 1974) Hal.11-18
[12] Hersey, paul dan blanchard, kenneth H., management of organizational behavior, utilizing human resource (new jersey :
prentice-hall. 1972) Hal.69
[13] ahmad Ibrahim abu Sinn, manajemen syari’ah. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006) hal.
129.
[15] Ibid., hal. 85
[17]Veithzal Rivai dan Arlian Arifin,Islamic leadership(membangun super
leadership melalui kecerdasan spiritual),( Jakarta : PT Bumi Aksara 2009),h.8
[18] Wibowo, SHOOT, Sharpening our
Concept and Tools (Bandung : PT Syamil Cipta Media, 2002), hal. 287.
[19] Veithzal Rivai dan Arlian Arifin,op cit.h,11
[21] Veithzal Rivai dan Dedy Mulyadi ,Kepemimpinan dan Prilaku
Organisasi (Jakarta
: PT Raja Grafindi Persada, 2011),h.11
[22] Marno, Triyo Supriyatno. Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam. (Bandung : Refika Aditama, 2008),h.32
[23] Wahjosumidjo, Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Prmasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005),
h.33
[27] Eko Maulana Ali, kepemimpinan Integratif dalam Konteks Good
Govermenance,Jakarta : PT.Multi Cerdas, 2003, h.20
[30] Eko Maulana Ali, Kepemimpinan Integratif dalam Konteks Good
Govermenance, Jakarta, PT Multi Cerdas, 2013, h.189